PEKANBARU – Abdul Wahid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI berusia 44 tahun dari Riau nilai bisa mewakili alih generasi dari tua ke yang muda pada Pemilihan Gubernur 2024 mendatang. Abdul Wahid yang lahir di Belaras, Indragiri Hilir, 21 November 1980 itu juga dinilai sebagai sosok yang fenomenal.

Hal itu disampaikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau Ade Hartati saat melakukan silaturahmi dengan Bakal Calon Gubernur Riau yang juga Ketua DPW PKB Riau Abdul Wahid.

Dalam pertemuan itu Ade menilai Wahid adalah figur yang layak didorong maju sebagai calon Gubernur Riau kedepan.

"Saya sepakat untuk alih generasi dari tua ke muda dalam kepemimpinan, dan Abdul Wahid merupakan salah satunya. Saya menggambarkan bahwa ia orang yang sederhana, terbuka, memiliki pengalaman, mau mendengarkan dan tidak alergi dengan kritikan," kata Ade Hartati, Selasa 30 April 2024.

Tidak hanya itu saja, bakal calon walikota Pekanbaru ini juga menilai sosok Wahid orang yang sangat konsen pada pembangunan yang berbasis perencanaan melibatkan seluruh lapisan masyarakat (inklusif).

"Walaupun ia berasal dari partai berbasis Islam, namun pola pikirnya sangat moderat. Dan memandang setara setiap orang. Dan saya mendorong ia sebagai salah satu kandidat yang harus didorong untuk menjadi pemimpin di Riau," terangnya.

Anggota DPRD Riau ini juga mengatakan, memang yang menjadi dasar dan menjadi persoalan mendasar dalam pemerintahan yakni terkait perencanaan. Mekanisme perencanaan yang diatur oleh undang-undang acap kali hanya jadi agenda formalitas dan rutinitas saja.

Peran DPRD yang berada di hilir dalam mekanisme pembahasan, seringkali terjebak pada pola perencanaan yang pragmatis.

Sehingga, banyak program kebijakan dan kegiatan yang dirasa amburadul dan tidak sesuai sasaran dan target tahunan bahkan lima tahunan.

Kata Ade, jika mekanisme penyusunan APBD diawali dengan perencanaan yang matang dengan berbasis informasi faktual di lapangan maka tentu saja output dan outcome yang ingin dicapai bisa terpenuhi.

Contohnya, kata Ade, selama ini ada batasan yang berujung pada persoalan tingginya angka putus sekolah dari SMP ke SMA/SMK. Artinya banyak anak yang baru mengenyam pendidikan hanya sampai SMP, bahkan tidak lulus SMP. Dalam hal ini dibutuhkan perencanaan yang kolaboratif dengan melibatkan kabupaten kota sesuai kewenangannya.

"Belum lagi dalam hal bagaimana menekan angka kemiskinan. Sebagai pemerintahan otonom, maka provinsi tidak memiliki masyarakat, karena masyarakat dimiliki oleh kabupaten atau kota. Maka dalam posisi ini dibutuhkan juga perencanaan kolaboratif dan terintegrasi," katanya.

Kesamaan-kesamaan pemikiran pemikiran tersebut, kata Ade membuatnya menilai Abdul Wahid sosok yang pas dalam memimpin Riau.

"Dan terakhir, walaupun ia berasal dari partai berbasis Islam, namun pola pikirnya sangat moderat. Beliau memandang setara setiap orang yang bersama beliau. Beliau juga berpikiran bahwa Riau harus kompak agar tidak tertinggal dari daerah lain," tutup Ade. ***