DURI - Masih ingat dengan Ikhsan, bocah kelas 6 SD yang mengalami luka bakar serius di bagian tangan kanan dan anggota tubuhnya yang lain, Kamis (23/2/2017) lalu akibat kesentrum listrik bertegangan tinggi di sekitar gedung parkir, Pasar Mandau Jalan Alhamra, Kelurahan Duri Timur.

Rencananya, besok dia akan mengikuti Ujian Nasional (UN) bersama dengan teman-teman sekelasnya. Namun sayang, luka bakar yang sudah menghanguskan daging di tangan kanannya itu membuatnya tidak dapat menulis seperti biasa menggunakan tangan kanan.

Saat ditemui GoRiau.com di rumahnya di Jalan Gaya Baru RT 4 RW 3 Duri Timur, Ikhsan tengah terbaring sambil menonton TV bersama ibunya. Tangan kanannya terganjal papan dan dibalut perban. Hal ini jelas akan sangat menyulitkannya dalam menyelesaikan jawaban UN besok. Entah butuh berapa tahun kedepan tangannya pulih seperti bentuk semula dan bisa menulis dengan tangan kanan lagi.

"Sejak kejadian itu, saya nulisnya pakai tangan kiri saja. Lambat dan tidak rapi tapi mau bagaimana. Saya harus tetap belajar di sekolah, jadi harus belajar juga nulis tangan kiri. Sekarang kalau perbannya dilepas, tulang itu terlihat jelas," kata Ikhsan menjawab dengan senyum meski tangannya nyeri dan berdenyut.

Ia sangat menyesali apa yang telah terjadi padanya. Tetapi dia gedung parkir itu ditutup saja jika tidak digunakan untuk parkir. "Kalau tidak ditutup, anak-anak akan tetap bermain ke sana dan akan jatuh korban berikutnya, beruntung saya masih tetap bisa hidup," ujarnya didampingi Ibunya yang sehari-hari menjual sambal atau lauk jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

Erni, ibunya Ikhsan mengaku merawat putra bungsunya itu seperti anak bayi kembali. Karena ikhsan tidak dapat melakukan apa-apa dengan kondisi tangannya tersebut. Bahkan Erni rela mengeluarkan dana pribadi untuk mengantarkan Ikhsan ke dokter mengganti perbannya.

"Saya tidak tahan melihat kondisi tangannya, kalau lihat itu saya tidak habis pikir kapan tangan anak saya ini sembuh atau pulih seperti sedia kala. Saya antarkan dia ke dokter dekat rumah sekali 3 hari untuk mengganti perbannya. Saya takut menggantikan perban anak saya ini," ujar Erni yang sudah mengeluarkan dana sekitar 1 jutaan lebih untuk mengganti perban Ikhsan.

"Saya tidak enak ke BPJS terus hanya untuk mengganti perban. Kalau saya ganti sendiri, saya takut nanti inveksi dan lain-lainnya. Makanya saya antar aja ke dokter dekat rumah. Semua kwitansinya saya simpan kok, karena kadang ada orang yang datang membantu untuk pengobatan Ikhsan," katanya menambahkan.

Erni juga menghasapkan kepedulian Dinas terkait yakni Dinas Perhubungan selalu penanggung jawab gedung parkir itu dan pihak PLN Duri untuk membantu anak yatim ini dalam proses penyembuhannya.

"Sampai sekarang baik PLN ataupun Dinas Perhubungan belum ada yang peduli atas musibah anak saya ini. Padahal gedung parkir itu sudah memakan korban lebih dari 1 orang, harusnya ada kebijaksanaan Dinas terkait untuk peduli dengan nasib kami," tutur Erni yang juga kondisinya sering ngedrop karena harus bekerja ekstra untuk biaya pengobatan anaknya.***