PEKANBARU - Tidak hanya membahas terkait Bhineka Tunggal Ika, kedatangan Kapolri, Jenderal Tito Karnavian dalam agenda memberikan kuliah umum di Kampus UIR, Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Jumat (3/3/2017), juga mengupas soal kekuatan Indonesia dimata dunia.

Menurutnya, Amerika bukan lagi satu-satunya negara super power. Pesaingnya adalah Cina. Dengan penduduknya yang besar serta kemajuan tekhnologi yang pesat, membuat Negara Tirai Bambu memiliki pengaruh besar di dunia.

Mulai dari ekonomi, kemajuan tekhnologi, aset dan lainnya membuat Cina patut dipertimbangkan sebagai negara kuat baru selain Amerika. Hal itu tentu berdampak bagi negara lain, termasuk Indonesia.

Posisi Indonesia juga tak bisa dipandang remeh. Kata Tito, negara ini sangat berpengaruh di Asia Tenggara, menjadikannya 'rebutan', bahkan oleh kedua negara terkuat ini. Atas alasan itu, keberpihakan Indonesia tentunya sangat menentukan.

Baca Juga: Jenderal Tito Karnavian Bahas Bhineka Tunggal Ika Dihadapan Ratusan Mahasiswa Perwakilan BEM Se-Nusantara di Pekanbaru

"Dalam peta dunia, Indonesia bukan pemain besar. Untuk itu ada beberapa pilihan, berteman dengan negara besar tersebut, atau memilih salah satunya saja. Semuanya memiliki konsekuensi," papar Tito dihadapan ratusan mahasiswa perwakilan BEM se-Nusantara.

Tito juga memberikan beberapa gambaran soal pilihan tersebut. "Kalau kita tidak berpihak dengan Cina, mereka ini gajah dan kita kancil, bukan saya menganggap Indonesia kecil, tapi begitu lah. Cina punya kekuatan dan pengaruh yang besar," bebernya.

"Jika kita tidak berpihak dengan Amerika, mereka ada Freeport, ini aset kita, yang dikuasai. Ambil alih misalnya, itu tidak gampang, Freeport adalah sejarah politik, tahun 1967 sudah masuk dan beroperasi di Papua," urai Kapolri.

Dalam polemik ini, solusi yang terbaik adalah memegang kedua negara ini dan mengambil keuntungan buat Indonesia. "Ini pilihan ketiga, solusinya adalah berpihak kepada keduanya, kita ambil yang menguntungkan," tutur Tito. ***