BENGKALIS, GORIAU.COM - Hujan yang turun menjelang pergantian tahun baru Imlek tadi malam, tidak menyurutkan keinginan warga Tionghoa untuk merayakannya. Jelang pergantian tahun, suara kembang api terus bersahut-sahutan walau tak seramai tahun lalu. Membuat suasana kota Bengkalis benar-benar berbeda dari hari biasa.

Kesiapan warga Tionghoa untuk menyambut kedatangan tahu baru Imlek sudah dimulai sejak Rabu (18/9/2015) sore, dimana sebagian besar toko-toko tutup lebih awal. Kalau pada hari biasa toko buka hingga malam, tapi menjelang Rabu sore sudah banyak toko yang tutup. Tidak hanya toko-toko besar, termasuk kedai-kedai dan kios milik warga Tionghoa sudah tutup menjelang sore.

Pada malamnya, sejak pukul 21.00 WIB suara kembang api mulai terdengar. Seiring dengan itu, hujan yang tidak terlalu lebat mengguyur kota Bengkalis. Namun, hujan ternyata tidak menyurutkan keinginan warga Tionghoa untuk memeriahkan perayaan setahun sekali tersebut. Menjelang pergantian tahun suara kembang api makin bersahut-sahutan. Pesta kembang api ini selain untuk lebih memeriahkan suasana, juga memiliki makna tersendiri, yakni untuk mengusir roh jahat di tahun yang baru.

Di Kelenteng Hok Ann Kiong, sejak pukul 00.00 WIB warga Tionghoa berdatangan untuk mengadakan acara sembahyang. Pantauan pada Kamis (19/2/2015) siang tadi, warga Tionghoa baik tua maupun muda bahkan anak-anak secara tertib memanjatkan doa kepada sang Dewa. Beberapa mereka ada yang membawa kertas sembahyang maupun hio dari rumah, tapi ada juga yang membeli di kelenteng.

Ada beberapa dewa di kelenteng tersebut, namun dewa yang cukup sakeral adalah Dewa Ching Cui Choo She. Tidak mengherankan, di ruang tengah tempat Dewa ini berada dikerumuni banyak warga Tionghoa yang ingin bersembahyang. Baru kemudian dilanjutkan dengan dewa-dewi lainnya yang berada di samping kanan dan kiri Dewa Ching Cui Choo She. Ada Budha Sakyamuni, Kwan Yin Phu Sha, Chi Tian Ta Sheng, di ruang sebelah kiri. Kemudian Thai Siong Lo Kun, Ngo Ya, Diu Ong Yia, Kwek Siong Ong, dan Sam Tiong Ong di ruang sebelah kanan. Tak lupa, mereka juga memanjatkan doa di altar, tepat di pintu utama Kelenteng. Acara sembahyang ini diakhiri dengan membakar kertas sembahyang di tempat yang telah disediakan, yaitu di kanan dan kiri Kelenteng.(jfk)