SELATPANJANG – Ratusan warga tampak memenuhi Masjid Al-Ihsan yang berada di Jalan Pemuda Setia, Desa Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti, Riau, pada Minggu (10/7/2022) pagi.

Pantauan GoRiau.com, Salat Idul Adha 1443 Hijriah/2022 Masehi mulai dilaksanakan sekitar pukul 7.38 WIB, dengan petugas Ahmadi sebagai imam, kemudian Zamri sebagai khatib, dan Syamsul sebagai bilal.

Mengawali khutbahnya, khatib mengajak jamaah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

"Di pagi yang mulia ini gema takbir memecah hari keheningan pagi sepuluh Zulhijah Tahun 1443 Hijriah ini kita menyambut Idul Qurban dengan membesarkan dan mengagungkan Allah SWT dan memujinya, semua itu kita ucapkan sebagai tanda kelemahan kita dalam berhadapan dengan kebesaran dan keagungan Allah SWT, juga sebagai pernyataan kesyukuran atas segala nikmat dan karunia Allah, kesadaran ini merupakan hikmah yang diperoleh dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT," ucap Zamri.

GoRiau Khatib saat menyampaikan khutb
Khatib saat menyampaikan khutbahnya dalam pelaksanaan salat Idul Adha 1443 H, Minggu (10/7/2022).

Selanjutnya kata khatib, pada hari ini umat muslim diliputi rasa bahagia dan sinar kebahagiaan gembira pada wajah terpancar karena dapat berkumpul dengan sanak keluarga dan andai taulan hari ini hati umat muslim juga dipenuhi dengan kasih sayang, jauh dari kebencian jauh dari dendam kesumat dan jauh pula dari pikiran-pikiran kotor.

"Sungguh sejuk dan sangat nyaman perasaan kita dalam suasana kita hari ini, hari ini kita menyambut hari raya Idul Qurban hari terbesar dalam islam, hari ini kita meraih kemenangan yang memenang iman dari kekafiran, menangnya akal atas nafsu, menangnya kebenaran atas kebatilan," ungkapnya.

Khatib juga menjelaskan Idul Adha merupakan hari raya kurban dimana umat Islam diminta untuk mengorbankan sebagian hartanya untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah.

"Salah satu dalil dari perintah ibadah kurban ini adalah peristiwa dimana Allah memerintahkan Nabi Ibrahim Alaisalam untuk menyembelih anaknya, Ismail Alaisalam menyembelih anak yang lama ditinggal bersama ibunya di padang tandus Arab ketika itu. Kalau bukan karena perintah Allah, maka tidak mungkin Ibrahim tega meninggalkan anak dan istrinya di tempat seperti itu. Pengorbanan Ibrahim tersebut, beliau lakukan untuk menunjukkan dirinya adalah hamba yang taat kepada rabbnya," jelasnya.

Kemudian, tidak cukup sampai disitu, anak yang dinanti-nanti sebagai penerus pembawa risalah kenabian, kemudian harus ia sembelih dengan tangannya sendiri. Tentu berat sekali hal tersebut bagi Nabi Ibrahim dan secara logika, lebih berat lagi bagi Nabi Ismail.

"Pernahkah kita membayangkan menjadi posisi Ismail, bapak yang meninggalkan diri kita bersama ibu di padang pasir, lalu jarang pulang, dan tiba-tiba datang bercerita bahwa dirinya hendak menyembelih kita dikarenakan mendapat mimpi? apakah kalau kita menjadi Ismail ketika itu, kita akan termasuk orang yang rela mengorbankan diri kita sebagaimana Nabi Ismail?," ungkapnya lagi.

Khatib juga menjelaskan bahwa semakin saleh seseorang, maka Allah akan semakin mengujinya untuk membuktikan derajat kesalehannya. Sebagai contoh Nabi Adam diuji dengan anaknya yang membunuh saudara kandungnya. Nabi Nuh juga diuji dengan kekafiran anaknya. Nabi Luth, diuji dengan istrinya. Nabi Muhammad diuji dengan pamannya yang hendak membunuhnya. Serta ujian-ujian lainya yang dialami para nabi.

"Dari kalangan orang saleh, Asiyah, diuji dengan memiliki suami bernama Firaun. Siti Maryam, diuji dengan memiliki anak tanpa suami. Sayidah Aisyah yang merupakan istri baginda nabi Muhammad pun diuji dengan tidak memiliki keturunan," jelasnya lagi.

Ketika apakah termasuk orang yang bersabar, lanjut khatib, ataukah kita justru termasuk golongan yang suka mengeluh dan bahkan justru menggugat Allah.

"Pada akhirnya, kita yang mengaku beriman akan diuji,sebagaimana mereka yang mengaku pintar, akan diuji kepintarannya.. Salah satunya adalah ujian keimanan berupa iman terhadap takdir yang Allah berikan kepada kita baik takdir yang baik, maupun takdir yang buruk," pungkasnya.

Usai pelaksanaan Salat Idul Adha, juga dilaksanakan tahlil secara berjamaah dan diakhiri dengan salam-salaman.***