NIAS UTARA -- Para siswa yang tinggal di Desa Orahili, Namohalu Esiwa, Nias Utara, Sumatera Utara, harus bertaruh nyawa setiap akan pergi dan pulang sekolah. Mereka harus bergelantungan di jembatan gantung ambruk yang melintasi Sungai Muzoi.

Dikutip dari sindonews.com, Otoni Halawa, salah seorang warga Desa Orahili mengungkapkan, jembatan gantung tersebut ambruk diterjang banjir. Meski pun ambruk, para siswa tetap menggunakan jembatan itu dengan cara bergelantung, sebab merupakan satu-satunya akses antar kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Utara.

''Sangat memprihatinkan, jika para pelajar ingin bersekolah mereka nekat bergelantungan di atas jembatan untuk menyeberang agar dapat tiba di sekolah mereka masing-masing. Kami berharap agar pemerintah daerah maupun pihak terkait dapat mencari solusi karena jembatan ini merupakan akses satu satunya untuk bisa melewati sungai,'' kata Otoni, Jumat (1/10/2021).

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pembangunan Jalan dan Jembatan Nasional (BBPJN) Wilayah Sumatera Utara, Firman Hutauruk membenarkan, jika pada Rabu dini hari, Rabu (29/9/2021) telah terjadi banjir besar di Sungai Muzoi. Banjir menyebabkan jembatan rusak berat dan tidak bisa lagi digunakan.

''Memang benar dua tahun lalu Kementerian PUPR telah menggelontorkan anggaran untuk membangun jembatan gantung tersebut dan jembatan tersebut telah selesai dikerjakan serta telah dipergunakan sebagaimana mestinya, sebagai barang milik negara dan juga telah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Nias Utar,'' terang Firman.

Firman mengatakan, pihaknya telah melaporkan kondisi jembatan yang rusak diterjang banjir tersebut untuk dilakukan perbaikan ulang sehingga dapat difungsikan kembali.

''Saya mengharapkan dukungan semua pihak, baik masyarakat, aparat desa dan pemerintahan, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat wilayah Kepulauan Nias untuk bersama membangun Jalan Nasional dan fasilitas prasarana umum lainnya yang menjadi tanggung jawab BBPJN dan Kementerian PUPR,'' ujarnya.

Diketahui, jembatan tersebut dibangun pada tahun 2019 dengan biaya sebesar Rp2,9 milliar dari dana APBN melalui BBPJN, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Pekerjaan Umum (PU).***