Dua ekor burung berwarna hijau dengan dada merah terbang melintasi ruas jalan utama ladang minyak Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu (BOB PT BSP – PH). Sekilas, burung ini tampak sama. Namun, setelah diperhatikan secara seksama, burung yang di belakang memiliki ekor yang panjang dan paruh merah. Sedangkan yang di depan memiliki ekor pendek dan paruh hitam.

"Teeett.. teeett.. teeett," suara burung itu melengking di antara kicauan kolibri. Itu adalah sepasang betet Sumatera. Lalu, keduanya hinggap di pohon meranti yang tumbuh di bibir sungai menjulang ke langit.

Kicauan kolibri yang bertengger di rimbunnya pepohonan terdengar begitu nyaring, ditingkah dengan suara rangkong yang samar. Cuitan burung saling sahut-menyahut berpadu deburan pengayuh nelayan telah menjadi simfoni dalam perjalanan menyusuri Taman Nasional (TN) Zamrud, Sabtu, 27 November 2021.

"Itu hanya beberapa jenis burung yang ada di sini, masih banyak yang lain lagi. Kalau lebih pagi, kita juga bisa mendengar suara ungko," ujar Zahir, seorang nelayan yang menjadi juru kemudi pompong, memandu petualangan.

Perjalanan menyusuri hutan rawa gambut ini dimulai dari Sungai Sejuk, tepatnya KM 97 ruas jalan utama ladang minyak BOB PT BSP – Pertamina Hulu, menggunakan perahu mesin atau pompong. Kedua bibir sungai dipenuhi dengan pohon-pohon besar. Kondisi ini mengharuskan nelayan untuk mendayung perahunya beberapa meter ke hilir. Setelah itu baru menghidupkan mesin pompong, membelah bakung yang merambat. Di antara suburnya bakung, menyela pandan yang melambai ke sungai.

Hingga akhirnya sampai ke muara Sungai Sejuk, terlihat hamparan danau yang begitu luas. Ratusan burung sriti melayang-layang di atas permukaan air berwarna hitam, terbang pada pagi yang cerah saat itu.

"Itu pulau besar," kata Zahir menunjuk sebuah pulau yang berada di tengah danau. Di sampingnya juga ada dua pulau yang dari kejauhan tampak hutan belantara. Benar, pulau ini penuh dengan pandan dan bakung di sisi luar, sedangkan sisi tengah ditumbuhi pepohonan nan rindang. Kemudian, satu pulau lagi berada di pinggir danau. Empat pulau ini diberi nama Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu dan Pulau Beruk.

"Kalau di Pulau Besar, itu tempat tidurnya kalong. Sangat banyak sekali. Sedangkan Pulau Beruk, dihuni oleh beruk, karena itu dinamakan Pulau Beruk. Keempat pulau ini mengapung, karena itu mudah berpindah-pindah," ucap Zahir di antara deru mesin pompong mengitari danau sembari menunjukkan panggungnya. Ada beberapa panggung terapung di pinggir danau, sebagai tempat istrahat dan mengeringkan ikan bagi nelayan.

GoRiau Pulau terapung yang berada di
Pulau terapung yang berada di Danau Zamrud. (foto: wirman susandi/grc)

Setelah beberapa jam, matahari mulai bergerak dari atas kepala condong ke barat. Awan hitam menyelimuti danau. Cuaca yang awalnya cerah, mulai gerimis. Angin pun berhembus kencang, menambah besar gelombang yang diciptakan pompong.

Saat itu juga, burung camar meliuk-liuk bertengger di botol yang menjadi pelampung bubu. Dengan sayap membentang, camar menjaga keseimbangan dari terpaan angin dan gelombang. Terlihat, camar ini fokus melihat ke dalam air, menanti ikan kecil yang menjadi target.

Inilah Danau Pulau Besar, danau dengan luas 2.416 hektare. Di sampingnya juga terdapat sebuah danau yang diberi nama Danau Bawah, luasnya 360 hektare. Dua danau ini menghiasi TN Zamrud yang luasnya 31.480 hektare.

Data Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyebutkan di kawasan TN Zamrud terdapat 38 jenis burung, 12 di antaranya jenis yang dilindungi. Sedangkan di perairan, terdapat jenis ikan arwana dan belida. Kemudian, kawasan ini juga dihuni oleh harimau dan beruang. Sementara, tepat di bawah danau terdapat minyak bumi. Jika dilihat dari udara, maka akan terlihat sumur-sumur minyak di sekitar danau.

TN Zamrud terletak di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, sekitar 106 KM dari Kota Pekanbaru atau 49 KM dari Kota Siak. Akses Untuk menuju TN Zamrud bisa menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu perjalanan sekitar 2 – 3 jam. Tentunya melewati ruas jalan utama BOB PT BSP – PH. Selain itu, juga bisa melalui jalur sungai menggunakan pompong, melewati Sungai Apit menuju Sungai Rawa dengan waktu tempuh 5 jam perjalanan.

***

Penemuan danau ini tidak terlepas dari ekplorasi minyak yang dilakukan PT Caltex Pacific Indonesia (CPI). Pada tahun 1975, Julius Tahija saat itu menjabat Dewan Komisaris PT CPI menemukan dua danau ini. Melihat keberadaan danau yang indah dan di bawahnya kaya akan minyak, Julius bertemu dengan Emil Salim, menyampaikan gagasan konservasi kawasan ini.

Emil Salim pun mendukung gagasan Julius dengan menerbitkan surat nomor 812/MemPPLH/8/79 yang kemudian menjadi dasar Gubernur Riau menetapkan kawasan tersebut sebagai hutan lindung pada November 1979.

Lalu, tahun 1980, Menteri Pertanian menerbitkan surat keputusan nomor 846/Kpts/Um/11/1980 tentang penunjukan kelompok hutan Danau Pulau Besar Pulau Bawah seluas 25.000 hektare sebagai kawasan hutan dengan fungsi sebagai kawasan hutan suaka, dalam hal ini suaka margasatwa.

GoRiau Rombongan PWI Riau menyusuri D
Rombongan PWI Riau menyusuri Danau Zamrud menggunakan pompong. (foto: wirman susandi/grc)

Hingga pada tahun 1999, Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI, melalui surat nomer 668/Kpts-II/1999, menetapkan kelompok hutan Danau Pulau Besar Pulau Bawah seluas 28.237,95 hektare sebagai kawasan hutan dengan fungsi suaka margasatwa. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak memandang ada potensi wisata. Karena itu, pada tahun 2001, Pemkab Siak langsung mengusulkan penurunan status dari kawasan suaka margasatwa menjadi taman nasional.

Akhirnya, tepat pada 4 Mei 2016, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menetapkan perubahan fungsi suaka margasatwa Danau Pulau Besar Danau Bawah serta kawasan hutan produksi Tasik Besar Serkap menjadi TN Zamrud dengan luas 31.480 hektare. Hal itu tertuang dalam  SK MenLHK nomor 350/Menlhk/Setjen/PLA.2/5/2016.

Kendati sudah berstatus taman nasional, TN Zamrud masih berada di bawah BBKSDA Riau. Menurut Hartono, Plt Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau, saat ini terdapat aktivitas pemanfaatan minyak bumi dan gas alam (migas) oleh BOB PT BSP – PH.

"Lapangan Zamrud merupakan salah satu wilayah kerja pertambangan CPP Blok yang diserahkan pemerintah kepada BP Migas dan konsorsium PT BSP – PH untuk dikelola berdasarkan perjanjian kontrak production sharing," ujar Hartono.

Selain menyimpan migas, TN Zamrud juga kaya akan ikan dan menjadi urat nadi perekonomian masyarakat sekitar yang bekerja sebagai nelayan. Di Danau Pulau Besar terdapat satu kelompok dengan anggota sebanyak 20 orang. Sedangkan di Danau Bawah ada 16 orang. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Nelayan Hutan (KTNH) Danau Zamrud.

"Aktivitas nelayan ini sudah turun temurun. Kita menjalin kemitraan konservasi dengan mereka. Karena sifatnya kolaborasi, kita memberikan bantuan berupa transportasi dan panggung terapung," ujar Hartono.

Pengelolaan TN Zamrud tidak terlepas dari peran serta BBKSDA Riau, Pemkab Siak, pihak swasta dan masyarakat setempat. BBKSDA Riau bersama Pemkab Siak dalam pengembangan fungsi pemanfaatan, yakni penyusunan dokumen rencana wisata alam TN Zamrud.

"Mudah-mudahan segera bisa direalisasikan," ujar Hartono.

GoRiau Penulis bersama rombongan PWI
Penulis bersama rombongan PWI Riau menyusuri keindahan Danau Zamrud. (foto: wirman susandi/grc)

Wisata Minat Khusus Negeri Istana

Untuk zona pemanfaatan, Pemkab Siak mendapatkan hak pengelolaan wisata seluas 904,71 hektare. Rencananya, Pemkab Siak mengembangkan wisata minat khusus di TN Zamrud dengan konsep wisata alam. Targetnya adalah wisatawan manca negara.

Fauzi Asni, Kepala Dinas Pariwisata Siak, mengatakan eksplorasi wisata akan dominan di air. Sedangkan eksplorasi di darat hanya untuk joging track dengan ukuran satu kali seribu meter. Baik di Danau Pulau Besar dan Danau Bawah, akan berdiri homestay yang menghadap ke danau. Kemudian ada jembatan di Sungai Rasau, spot untuk foto.

"Kita mengimpikan di KM 100 ruas jalan ini, ada restoran terapung, ada kolam renang terapung dan ada homestay. Nah, saat wisatawan datang ke sini, kendaraannya hanya sampai gerbang BOB. Kemudian, melanjutkan perjalanan dengan kendaraan yang ada di dalam, ini demi keamanan minyak," ujar Fauzi usai menyusuri TN Zamrud.

Dalam pengembangan wisata minat khusus ini, Pemkab Siak sudah melakukan pembicaraan dengan BBKSDA Riau. Fauzi pun berharap program pengembangan wisata alam bisa dimulai BBKSDA Riau bersama dengan BOB PT BSP – PH. "Kalau Pemkab Siak, menyesuaikan dengan kemampuan dana yang ada."

"Perencanaan kita, lima tahun sudah selesai. Kita sudah merencanakan sebelum Covid-19 dan ini sudah tahun ketiga, kita tak tahu kapan pandemi berakhir. Tapi, kita wajib punya mimpi dan mudah-mudahan didukung oleh Riau dan Indonesia," papar Fauzi.

Sementara itu, Nazaruddin, External Affairs BOB PT BSP – PH, menyatakan pihaknya memiliki komitmen untuk kelestarian kawasan konservasi TN Zamrud. Begitu juga halnya dengan pengembangan wisata di kawasan ini.

"Kami punya komitmen lingkungan yang kuat untuk melestarikan kawasan konservasi TN Zamrud. Saat ini, ada 194 sumur yang beroperasi di sana dan itu dibangun sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa. Sampai saat ini, tidak ada pembukaan sumur baru," ujar Nazaruddin.

Perjanjian kerja sama antara BOB PT BSP – PH dan BBKSDA sudah berlangsung sejak tahun 2005. Hingga pada 30 November 2021, kedua belah pihak menandatangani perjanjian kerja sama dalam pengelolaan secara kolaboratif TN Zamrud.

"Kerja sama ini mempunyai makna strategis, karena merupakan strategi kolaboratif yang mensinergikan antara upaya pelestarian sumber daya alam dan peningkatan produksi migas menuju satu juta barrel pada tahun 2030 yang dicanangkan pemerintah," ujar Nazaruddin.

Pemkab Siak mengapresiasi komitmen yang ditunjukkan oleh BOB PT BSP – PH dalam pengelolaan kawasan konservasi TN Zamrud, apalagi mendukung pengembangan zona pemanfaatan. Keberadaan TN Zamrud dinilai sebagai salah satu cluster ekowisata yang potensial dan dapat mendukung destinasi pariwisata Kabupaten Siak ke depan.

Menurut Jamaluddin, Asisten III Setdakab Siak, Pemkab Siak terus melakukan pengembangan dan pembenahan daya tarik baru terhadap objek wisata yang ada, sesuai dengan visi misi Siak dalam hal kepariwisataan.

"Salah satunya TN Zamrud ini, nantinya dapat tercipta suatu kawasan pariwisata yang terpadu dan terintegrasi di dalam suatu kawasan objek wisata," ujar Jamaluddin yang juga sebagai Plt Kepala Diskominfo Siak.

GoRiau Rombongan PWI Riau menyusuri s
Rombongan PWI Riau menyusuri sungai untuk sampai ke Danau Zamrud. (foto: wirman susandi/grc)

TN Zamrud Dinilai Cocok untuk Wisata Edukasi

Pengembangan objek wisata di TN Zamrud disambut antusias oleh pegiat pariwisata Riau. TN Zamrud dipandang punya potensi untuk memikat wisatawan manca negara. Apalagi, promosi yang dilakukan Pemkab Siak sudah 'mencuri' perhatian wisatawan.

Menurut Osvian Putra, praktisi pariwisata, TN Zamrud harus memenuhi tiga kriteria jika dijadikan sebagai objek wisata. Yakni, something to see, something to do dan something to buy.

"Kalau something to see, wisatawan melihat keindahan danau. Kemudian, something to do, wisatawan ke sini ngapain aja? Harus ada aktivitas yang bisa dilakukan, seperti menyusuri danau naik kapal, mancing dan camping. Bagaimana dengan something to buy? Setiap pengunjung, setelah melihat dan beraktivitas di objek wisata, mereka ingin berbelanja oleh-oleh untuk dibawa pulang," papar Osvian.

Osvian menilai promosi yang dilakukan Pemkab Siak dalam hal ini Dinas Pariwisata sudah bagus. Hanya saja, antara Pemkab Siak, BOB dan BBKSDA Riau harus duduk satu meja, membahas tanggungjawab dan kewenangan masing-masing.

"Ada tiga pihak yang punya kepentingan di TN Zamrud, Pemkab Siak sebagai pemilik wilayah, BBKSDA Riau sebagai pengelola dan BOB dengan ladang minyaknya. Ketiganya harus duduk satu meja, siapa mengerjakan apa? Itu penting, jangan sampai tumpang tindih," tutur Osvian.

Karena TN Zamrud merupakan ladang minyak yang dikelola oleh BOB BSP - PH, tidak semua orang bisa bebas masuk. Menurut Osvian, kondisi ini harus disosialiasikan oleh Pemkab Siak, bagaimana cara sampai ke TN Zamrud.

"Masuk kan perlu izin. Ini izin siapa dan apa syarat untuk mengurusnya? Ini harus disosialisasikan oleh Pemkab Siak, sehingga wisatawan tidak kebingungan," kata Osvian.

Osvian menilai, TN Zamrud yang merupakan hutan rawa gambut kaya akan flora dan fauna. Kondisi ini memiliki potensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian.

"Flora dan faunanya sangat unik. Kalau ini dikembangkan, saya yakin peneliti dari berbagai belahan dunia akan datang ke sini," ucap Osvian optimis.

Agar hal tersebut tercapai, Osvian menyarankan agar Pemkab Siak bersama pengelola TN Zamrud membangun laboratorium. Kemudian, dirikan homestay yang dilengkapi dengan pustaka literatur flora dan fauna.

"Sediakan betul-betul camp, ada laboratorium dan perpustakaan, guna mempermudah peneliti meneliti flora dan fauna wilayah gambut. Saya rasa, ini cocok menjadi taman ilmu pengetahuan," kata Osvian.

Selain kaya akan flora dan fauna, di bawah Danau Zamrud mengalir minyak bumi. Menurut Osvian, ini potensi yang cukup bagus untuk pengembangan wisata edukasi.

"Wisatawan bisa melihat, mengamati dan belajar bagaimana proses pengeboran minyak, pengolahannya dan distribusinya," ujar Osvian.

Jika hal ini dikembangkan, maka Siak akan menjadi daerah tujuan study tour para pelajar, mahasiswa dan wisatawan manca negara. Apalagi, hampir setiap tahun para siswa melakukan perjalanan wisata yang dibungkus study tour.***