JAKARTA, GORIAU.COM - Kerja Badan Intelijen Negara (BIN) tengah disorot setelah telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disadap oleh intelijen Australia. Banyak pihak mulai meragukan kinerja BIN.

Padahal BIN mempunyai mempunyai alat canggih serta struktur organisasi yang kuat. Lembaga nonkementerian Indonesia ini juga memiliki Deputi Bidang Luar Negeri. Tugasnya adalah melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan dan operasi intelijen bidang luar negeri.

BIN juga memiliki Deputi Bidang Kontra Intelijen. Tugasnya melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan dan operasi kontra intelijen.

Benarkah BIN tidak tahu jika telepon seluler SBY disadap? ''BIN tahu, cuma langkah-langkahnya kan tertutup, kita tahu tujuh KBRI disadap, BIN tahu tapi yang menginformasikan bukan intelijen. Jadi semakin kita tahu informasi jika kita disadap,'' kata pengamat intelijen Wawan Purwanto, Selasa (19/11).

Menurutnya, BIN juga memiliki alat canggih dalam mendukung kerja intelijen. Harga alat itu pun mahal, mencapai ratusan miliaran.

''Alat-alatnya terkini. Harganya ratusan miliar. Alat BIN sudah dimodifikasi dan diubah sandi-sandinya oleh Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara)'' ujarnya.

Dalam dunia intelijen, sadap-menyadap antar negara itu sudah hal biasa. Tapi ia yakin hasil penyadapan tak akan mendapat data utuh karena sebuah negara pasti memiliki data pengaman tersendiri.

''Sadap-menyadap itu biasa dan seluruh dunia tak lepas dari potret satelit. Maka 90 persen rahasia itu terbuka, sedangkan yang 10 persen tertutup dan gak bakal dibuka ke publik,'' katanya.

Penyadapan yang dilakukan oleh intelijen elektronik Australia (Defence Signals Directorate/DSD) terkuak setelah dibocorkan oleh Edward Snowden. Ia adalah mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat.

Selain SBY, telepon Wapres Boediono dan mantan Wapres Jusuf Kalla juga disadap.***