SELATPANJANG, GORIAU.COM - Bagi masyarakatan kabupaten kepulauan Meranti tidak asing lagi dengan jenis kopi Sempiyan ini. Sempiyan merupakan istilah lokal untuk jenis kop labrika (campuran arabika dan robusta) yang disandangkan di hampir seluruh kecamatan di Meranti. Selama ini pemasaran produk terbatas hanya di sekitar kepulauan meranti maupun jaringan kekeluargaan petani yang berada di provinsi lainnya. Namun dalam satu dekade terakhir Kopi sempiyan telah menjadi produk andalan nasional dan telah dipasarkan hingga ke beberapa negara asia tenggara.

Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebagai stakeholder yang berperan dalam pengembangan komoditas perkebunan terus melakukan pembinaan dan pengembangan produk kepada petani lokal. Hal itu dilakukan agar pengelolaan kopi yang selama ini secara tradisional dan hanya terbatas menghasilkan biji kopi bisa dikembangkan menjadi produk dalam bentuk kemasan (sachet) yang layak dikembangkan. Untuk memperkuat agro industri kopi ini, Disbun Riau terus memberikan bantuan dalam bentuk penguatan kelembagaan petani, maupun bantuan alat pengola kopi. Terakhir, pada tahun 2013, Disbun Riau memberikan bantuan kepada poktan mandiri sebagai poktan berprestasi sebanyak 11 alat pengolah mesin kopi. Bantuan ini sengaja diberikan untuk memotivasi petani ini terus mengembangkan kualitas produk dan produktifitas kopinya. Dan pada tahun ini, Disbun Riau telah menganggarkan pengadaan alat/mesin produksi kopi ini kepada kelompok tani sepakat jaya, desa kedabu rapat kecamatan Rangsang Pesisir.

Untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan telah diserap oleh petani, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs H Zulher MS, hari Sabtu (11/10), sengaja turun langsung ke lapangan untuk berdialog langsung dengan petani dan juga melihat kondisi mesin bantuan tahun sebelumnya.

"Kita ingin sekali pengembangan kopi sampiyen ini hingga ke produk hilirnya dalam bentuk bubuk kopi sachet, jika produk telah berhasil dikembangkan tinggal upaya membangun jaringan promosi ke tingkat nasional hingga ke internasional"ujar Zulher.

Zulher juga menyampaikan upaya pengembangan kopi sampiyen ini bukan saja hingga ke pengembangan produk, namun juga membantu petani dalam pemasaran produk nantinya. Hingga kini, di setiap pameran/expo maupun forum bisnis yang diikuti oleh Disbun riau turut membawa produk kopi sampiyen ini.

"Kunjungan kita ini juga merupakan langkah evaluasi dan pengembangan program pembinaan petani. apakah bantuan yang diberikan selama ini telah diserap oleh petani sesuai dengan harapan kita. Dan juga kita ingin melihat langsung apa kendala petani dalam pengembangan produk. Kendala petani tersebut akan kita bantu mencarikan solusinya."ujar Zulher.

Sekretaris Dishutbun Kab. Kepulauan Meranti, R Ahmad Prasetyo, yang turut ikut dalam kunjungan Kadisbun Riau juga menyatakan bangga bahwa Kopi Sampiyen ini terus mendapat perhatian Kadisbun Riau. Dia menyatakan bahwa pembinaan petani dan peningkatan kualitas produk terus diterima oleh petani dari Disbun Riau.

"Bantuan-bantuan yang diberikan oleh Disbun Riau turut membantu kami dalam pengembangan kopi sampiyen ini. kami yakin, produk kopi sampiyen ini akan terus berkembang dan membanggakan provinsi riau ini nantinya. Kami yakin, koordinasi yang kuat antara kami dengan Disbun Riau akan sangat membantu petani"ucap Ahmad Prasetyo.

Salah seorang petani Kopi, Sutrisno, yang juga Kepala Desa Kedabu Rapat ini mengungkapkan petani mampu menghasilkan 6-8 ton kopi setiap bulannya. Dan untuk pengembangan baru dalam bentuk kopi luwak, petani dapat juga menghasilkan 60-100 kg kopi luwak setiap bulannya. Ditanya tentang kendala, umumnya yang dihadapi oleh petani kopi yaitu pemasaran produk, trio tata air hingga beban produksi yang cukup besar.

"Petani kita telah mampu menghasilkan kopi yang berkualitas, namun terkendala pengembangan pasar yang belum sempurna. Untuk itu kita berharap pemasaran, trio tata air dapat menjadi perhatian pemerintah baik daerah maupun pusat nantinya"ucap Sutrisno. (rls)