SEMUA agama di dunia tujuannya sama, yaitu menjadikan umatnya menjadi umat yang baik, dalam Islam disebut khaira ummah (umat yang baik). Untuk mencapai umat yang baik tersebut, Islam mengajarkan melalui tauhid/keimanan yang mantap dan akhlak yang mulia/akhlaqul karimah, sekaligus disebut itulah tujuan ber-Islam.

Yang sering pula kita dengar yaitu istilah Rukun Islam yang merupakan syarat mutlak untuk menjadi seorang Muslim. Tanpa melaksanakan Rukun Islam, kita tidak disebut orang Islam. Ada Tujuan Islam dan ada Rukun Islam (syarat mutlak ber-Islam). Jika Rukun Islam tidak dikerjakan, kita tidak disebut sebagai seorang Muslim. Dimana dua-duanya harus sejalan, tak bisa dipisah-pisah.

Tokoh Islam dunia bernama Dr Mahmud Saltut, dalam bukunya Al-Islam mengatakan; “Aqidah/tauhid tanpa akhlak bagaikan pohon tak berbuah. Akhlak tanpa aqidah/tauhid, bagaikan bayangan yang jauh di mata yang selalu berubah dan semu belaka”.

Sejalan dengan tujuan ber-Islam (khaira ummah), Allah memberi tugas Rasulullah untuk memperbaiki dan membina akhlak umat manusia. Innama buistu li utammima makarimal akhlak. Hal ini diperkuat oleh Hadist Bukhari, “Sesungguhnya umat yang baik diantara kalian ialah yang paling baik akhlaknya. Bukan yang lain-lain, banyak harta, tinggi pangkat, taat beragama (rukun Islam teramalkan), tapi akhlaknya jelek dan inilah yang banyak hadir di masyarakat saat ini.

Mudah -mudahan di sekeliling kita masyarakatnya sudah terbentuk manjadi umat yang baik/khaira ummah, tinggal mempertahankannya. Namun masih banyak umat Islam yang ragu, termasuk yang tidak tahu tentang ber-Islam kaffah. Islam yang utuh, tidak sepotong-sepotong.

Rukun Islam dikerjakan dengan baik, itu bagus, tapi tujuan ber-Islamnya lupa dan terabaikan. Ingat ajaran Islam itu ajaran kedamaian, ajaran persatuan, jauh dari konflik dan kegaduhan, ia adalah rahmatan lil-alamin.

Saat ini sering pula terlihat suatu kondisi yang disebut yusbihu mukminan wayumsi kafiran, (berbuat baik silih berganti dengan berbuat jahat/zalim). Rukun Islam diamalkan, korupsi, selingkuh, narkoba, pembunuhan dan seterusnya dikerjakan pula.

Akhir-akhir ini banyak viral di media sosial berita kezaliman/kejahatan dimana pelakunya “orang-orang hebat”; pengurus pesantren, guru, ustaz, dosen, pejabat, dan lain-lain.

Pertanyaannya, kenapa kejahatan itu semakin menjadi-jadi ? Jawabannya banyak, tapi yang menonjol karena belum mantapnya pemahaman Islam kaffah, yaitu Islam yang utuh tidak sepotong-sepotong, apalagi menurut selera.  Apabila tujuan Islam belum mantap dan ragu, jangan banyak berharap kejahatan akan berkurang.

Kata orang bijak, apabila tujuan tidak jelas, diyakini perjalanan terganggu, bisa-bisa tak sampai. Begitu pula jika tujuan ber-Islam masih ragu, apalagi tak tahu diyakini khaira ummah itu sulit tercapai dan kezaliman akan tetap subur. Fiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah hanya semu belaka.

Mari kita berusaha terus menuju Islam kaffah, tak sepotong-sepotong. Rukun Islam dan tujuan ber-Islam memang berbeda tapi tak bisa dipisah-pisah, hubungannya sangat kuat, bersifat sebab akibat. Kalau salah satu saja yang diamalkan, kejahatan sulit diatasi. Wallahu a’lam.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah Dekan STISIP Persada Bunda periode 2008-2016 dan Ketua Dewan Penasihat IKMR Riau.