SIAK - Ratusan warga Siak mengenakan pakaian putih-putih dan bersorban berkumpul di pelabuhan LLASDP yang berada di jantung Kota Siak Sri Indrapura, Minggu (29/10/2017) malam usai melaksanakan salat Isya.

Tahun ini, tradisi religius Ghatib Beghanyut atau ritual tolak bala ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Siak, Alfedri. Kekayaan budaya dan tradisi keislaman sejak masa Kesultanan Siak ini masih terjaga dengan baik dan dilakukan masyarakat Siak secara turun temurun.

Usai dibuka secara resmi oleh Wabup, masyarakat yang sudah berwudhu atau suci berada di dalam kapal, menunggu arah arus sungai kemana kapal akan hanyut. Terlihat juga sejumlah samoan kecil ikut mengiringi kapal penyebrangan ini.

Doa-doa dan zikir mulai digelar. Jemaah tampak khusuk bermohon kepada Yang Maha Kuasa. Kalimat-kalimat tauhid mulai mendominasi. Kalimat tahlil bergema, diucapkan jamaah sekeras yang ia bisa tanpa mengetahui kapal itu sedang berada di koordinat berapa.

Suasana malam itu sungguh menakjubkan, kalimat tahlil juga menggema dari kapal-kapal kecil. Semakin keras kalimat tahlil menggema, semakin jauh kapalnya hanyut. Mereka menghanyutkan segala yang tidak menyenangkan bagi penduduk negeri Siak.

Sepanjang kapal hanyut, para pezikir begitu khusyuk. Ada yang menadahkan tangan tinggi-tinggi kala pemimpin jemaah memanjatkan doa. Ada pula yang menggelengkan kepala dengan kencang kala kalimat tahlil diucapkan. Semuanya tampak larut dengan seluruh pengharapan kepada Allah SWT.

Tak heran pula, ada yang bertahlil sampai keluar air matanya dan menangis tersedu kala memanjatkan doa. Betapa mengharukannya ritual tolak bala warga Siak Sri Indrapura ini.

Wakil Bupati Siak, Alfedri menyebutkan sejarah Ghatib Beghanyut berawal dari adanya wabah bencana di Siak zaman dulu. Seperti adanya harimau mengamuk, musim orang hitam (ilmu hitam), dan banyaknya penyakit.

Dimaksudkan untuk mengusir segala bala bencana itu, pihak kesultanan menggelar zikir, doa, dan tahlil di atas kapal sambil mengikuti arah arus sungai Siak. Ritual ini dilakukan hampir setiap tahun.

Menurut dia, Ghatib Beghanyut bisa mengusung wisata keagamaan di Siak. Apalagi, sejak beberapa tahun belakangan tradisi Ghatib Beghanyut sudah mulai populer di berbagai daerah.

"Promosi tradisi masyarakat kita yang seperti ini akan terus kami gencarkan. Kekayaan tradisi ini harus kita jaga dan kita terus kita kembangkan," imbuhnya.

Sementara ketua LAMR Kabupaten Siak Kadri Yafis menjelaskan bahwa tradisi ghatib beghanyut sudah ada sejak 1976. "Dahulu ada dua cara yang dilakukan untuk melaksanakan doa tolak bala yakni ghatib bejalan dan ghatib beghanyut, dengan menggunakan sampan berhanyut di sungai Siak," terangnya.***