PEKANBARU – Puluhan anak muda Riau langsungkan parade di Jalan Sudirman, Pekanbaru ketika car free day (CFD). Parade yang dilaksanakan pada Minggu, 27 November 2022 ini merupakan rangkaian Vorest Fest dan menyerukan tuntutan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Peserta parade menolak menjadi korban dari dampak krisis iklim yang lahir akibat kebijakan buruk dan nir-patisipatif. Karenanya, mereka menyerukan tuntutan keadilan mereka, tuntutan keadilan iklim dan keadilan antargenerasi.

Parade ini diikuti kelompok pelajar, mahasiswa dan organisasi masyarakat sipil di Riau yang berasal dari SMA Negeri 2 Pekanbaru, Mapala Suluh, Wanapalhi, Mapala Humendala, Mapala Phylomina, KPA EMC2, Mapala Suska Riau, Mapala Gaharu, Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) Riau, YLBHI LBH Pekanbaru, Ikatan Makasiswa Kota Dumai (IKMD) dan WALHI Riau. Guna menyuarakan  tuntutannya, peserta parade menyampaikannya dengan penggunaan berbagai atribut, seperti payung bertuliskan pesan call for justice, beragam pesan dari poster hingga kereta bayi sebagai simbol pentingnya memastikan negara memenuhi kewajibannya guna mewujudkan keadilan antargenerasi.

Nur Rahmawati, mewakili kawan-kawan Mapala menyebut parade ini juga membuka ruang aspirasi kepada seluruh warga Pekanbaru yang mengikuti CFD. Para peserta parade membentang kain putih sepanjang lima meter dan mempersilahkan anak muda dan masyarakat lainnya menuliskan harapan mereka tentang lingkungan yang lebih baik.

Selanjutnya, Rio Alfi Mullah, Ketua IKMD menegaskan partispasi mereka dalam parade ini sebagai anak muda korban dampak perubahan iklim yang dilakukan oleh korporasi yang meyumbang kenaikan emisi dan aktivitas perusakan lingkungan lainya. 

GoRiau

“Kami sebagai anak muda dengan jumlah kontribusi emisi karbon yang kami hasilkan tidak sebanding dengan jumlah emisi yang dihasilkan oleh korporasi perusak lingkungan dan orang-orang kaya yang menggunakan listrik dan energi dari energi fosil secara berlebihan. Tapi kami menjadi kelompok yang merasakan dampak paling buruk. Di kampung halaman kami, tahun lalu terjadi banjir rob terbesar sepanjang sejarah Kota Dumai. Peristiwa tersebut merupakan buah dari alih fungsi hutan dan mangrove untuk kepentingan bisnis skala besar. Penegakan hukum yang buruk, hingga proses kebijakan yang tidak pernah melibatkan kami malah menjadikan kami anak muda Kota Dumai menghadapi kerentanan akibat dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim,” tambah Rio.

Parade ini menyampaikan pesan kepada anak muda Riau untuk peduli dan ambil bagian dalam tuntuan keadilann iklim dan antargenerasi. Urgensi tuntutan ini harus dipahami anak muda agar mereka ambil bagian menuntut negara mengkoreksi kebijakan yang merugikan anak muda dan generasi yang akan datang. Selain itu, anak muda Riau juga harus mengambil peran sebagai garda depan pelindung lingkungan yang apabila terus dibiarkan rusak mengakibatkan kerugian besar bagi kelompok rentan lainnya, seperti perempuan, masyarakat adat, masyarakat desa hingga masyarakat miskin perkotaan. Krisis iklim akan mengantar anak muda dan kelompok rentan lainnya pada persoalan pemenuhan kebutuhan air bersih, pangan, dan hak dasar lainnya. 

GoRiau

Rezki Andika, Koordinator Relawan Pengorganisasian WALHI Riau, menyebut tidak ada masa depan tanpa keadilan iklim dan antargenerasi. “Anak muda harus sadar akan pentingnya keadilan iklim dan antargenerasi. Saling bersolidaritas dan membagun gerakan bersama untuk memaksa negara melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi hak dasar kelompok muda dan generasi berikutnya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,” sebut Rezky.

Tidak ada masa depan di bumi yang rusak, tidak akan terwujud keadilan iklim dan antargenerasi tanpa desakan dan suara anak muda. Menjadi ahli waris bumi yang rusak sama artinya membiarkan penguasa dan pengusaha mempertahankan dominasinya di bumi kita. Intergenerational Justice Now!