SELATPANJANG - Camat Rangsang Tunjiarto MPd berharap ada pembahasan serius mengenai hasil kelapa. Pasalnya, hingga saat ini harga kelapa masih turun naik sementara di negeri jiran Malaysia tidak mengalami hal serupa.

Permasalahan ini pernah disampaikan Tunjiarto di hadapan Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim dan seluruh Kepala OPD saat Musrenbang Kecamatan Rangsang beberapa waktu lalu.

Kata Tunjiarto, di Kecamatan Rangsang salah satu potensi adanya penghasil kelapa. Namun, dengan tidak adanya standar harga, petani kelapa masih jauh dari kata sejahtera.

"Hasil perkebunan kelapa tidak ada standar," kata Tunjiarto.

Sementara, tambah Tunjiarto, info yang ia dapati dari temannya di Malaysia, ternyata harga kelapa tidak turun. Sementara, kelapa yang dijual di Malaysia berasal dari Kepulauan Meranti khususnya Pulau Rangsang.

"Saya harap permasalahan ini harus kita bahas secara seksama. Semoga kedepan ada standar harga untuk kelapa," tambah Tunjiarto.

Selain standar harga, potensi lain dari kelapa adalah limbah hasil pengolahan (kelapa). Dijelaskan mantan Camat Tebingtinggi Timur itu, limbah kelapa seperti sabut, tempurung, lidi, juga belum diolah secara maksimal.

Tak jarang limbah-limbah yang sebetulnya memiliki nilai ekonomis tersebut hanya dibakar (sesuai pengolahan). Padahal, sebagaimana kita ketahui bersama, membakar sangat berbahaya andai terjadi Karhutla.

Secara letak geografis, Kepulauan Meranti berdekatan dengan Malaysia. Hubungan masyarakat serumpun itu pun telah terjalin sejak lama. Banyak warga Kepulauan Meranti menjual hasil perkebunan ke Malaysia dan ketika pulang mereka membeli barang keperluan hidup sehari-hari. ***