BANGKINANG - Festival 'Mangonang Kampuong Lamo' yang digelar warga Pulau Gadang Kampar merupakan moemntum untuk memperkuat persatuan bagi masyarakat setempat. Dari festival ini tertanam semangat cinta tanah air, dimana warga Pulau Gadang bersedia pindah total untuk kemajuan bangsa khususnya dalam pemenuhan energi listrik dimana kampung mereka ditenggelamkan untuk menampung air PLTA Koto Gadang.

Pucuk Adat Kenagarian Pulau Godang H Sawir, SP, MSi mengatakan, hari ini, Sabtu (24/8/2019) adalah momen yang luar biasa karena mengingatkan kembali kehidupan di masa lampau dan semangat untuk bersatu di masa mendatang.

''Masyarakat tumpah ruah. Di sini alim ulama, ninik mamak, cerdik pandai, pemerintahan dan masyarakat bersatu padu. Ini juga ditandai tegaknya tonggue, bendera kebesaran empat suku (Domo, Pitopang, Melayu dan Piliang,'' beber Sawir.

Camat XIII Koto Kampar Rahmat Fajri, S.STP,MSi yang didaulat menjadi inspektur upacara berharap warga desa ini memanfaatkan segala potensi yang ada agar menjadi desa yang semakin maju. Ia berpesan seluruh elemen bersatu sehingga tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan.

Mewakili pemerintah daerah, camat berjanji akan memberikan perhatian yang lebih untuk acara ini dan acara ini bisa dikemas lebih baik lagi.

Dari pantauan, sekitar tiga ribuan masyarakat telah memadati Jalan Poros Pulau Gadang untuk mengikuti rangkaian acara yang dimulai dengan pawai budaya dari halaman MTs Syekh H Jaafar menuju lokasi acara inti di Lapangan Kusuma Bantolo.

Sebagian besar peserta pawai menggunakan pakaian jadul atau pakaian lama era tahun 1970 hingga 1990-an. Diantara mereka juga tampak membawa perbagai peralatan rumah tangga masa lalu, peralatan membuka hutan untuk membuat ladang, peralatan menangkap ikan tradisional dan lainnya.

Alat-alat ini juga digunakan sebagai pendukung pada pementasan drama yang dibawakan keempat dusun.

Dusun I membawakan drama tentang kehidupan menangkap ikan di masa lalu saat masih bersentuhan dengan Sungai Kampar. Dusun II membawakan drama tentang tata cara meminang dan mengantarkan pengantin pria ke rumah mempelai wanita.

Dusun III menceritakan kehidupan membuka hutan untuk membuat ladang kasang. Sedangkan Dusun IV membawakan drama tentang kehidupan masyarakat mencari uang dengan cara menjadi pemecah batu atau menokok batu.

Saat pertunjukan berlangsung banyak masyarakat yang meneteskan air mata dan ada kalanya masyarakat serta para tamu undangan tertawa terpingkal-pingkal melihat adegan yang lucu dari para pemain drama.

Atraksi lainnya juga berasal dari berbagai sekolah di Desa Pulau Gadang yang dimulai dari TK Harapan Pulau Gadang, SDN 006 Pulau Gadang, SDN 007 Pulau Gadang, MTs Syekh H Jaafar, SMPN 3XIII Koto Kampar dan SMAN 2 XIII Koto Kampar. ***