SELATPANJANG - 11 orang korban ambruknya ruang tunggu dermaga di Desa Tanjunggadai, Tebingtinggi Timur, Riau, mendapat santunan. Masing-masing dari mereka mendapat uang tunai sebesar Rp1 juta.

Penyerahan santunan itu langsung oleh Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi, Senin (3/7/2017). Bantuan itu berasal dari dana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNas) Kepulauan Meranti.

Bantuan itu diberikan H Irwan kepada korban yang rata-rata kaum Ibu di Kantor Kepala Desa Tanjunggadai. Dari 11 korban, hanya 6 orang yang hadir. Mereka mendapat uang tunai Rp1 juta untuk meringankan biaya pengobatan.

"Semoga bantuan ini bisa meringankan biaya pengobatan warga kita yang kemarin menjadi korban," kata Drs H Irwan MSi.

Kemudian, kepada Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diminta meninjau langsung lokasi dan korban ambruknya ruang tunggu Dermaga Tanjunggadai. OPD ini diminta menyalurkan bantuan kepada para korban.

"Tinjau apa yang kira-kira bisa dibantu. Bantu pengobatan agar masyarakat sembuh seperti sediakala," pesan H Irwan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ruang tunggu dermaga di Desa Tanjunggadai Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau, ambruk, Selasa (27/6/2017). Sekitar 40 warga yang sedang berada di atas jembatan ikut tercebur ke laut.

Peristiwa nahas itu terjadi Selasa pagi. Dimana, ada sekitar 40 orang masyarakat Tanjunggadai akan berangkat ke Selatpanjang dan berhenti di ruang tunggu jembatan. Saat warga memadati bagian ruang tunggu tepatnya di ujung jembatan, tiba-tiba terjadi goyangan hebat dan (jembatan) seketika ambruk.

40 warga yang ada pagi itu langsung ikut tercebur ke laut. Beruntung saat itu air dalam keadaan surut. Sehingga arus air laut tak begitu deras dan proses evakuasi korban yang tercebur ke laut pun tidak menemui kendala yang berarti.

Kades Tanjunggadai, Rasyid, ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Kata Rasyid, jembatan itu ambruk karena dimakan usia. Jembatan tersebut dibangun masyarakat setempat saat Kepulauan Meranti masih menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis.

"Jembatan itu dibangun zaman Bengkalis. Tapi oleh masyarakat," kata Rasyid.

Kata Rasyid lagi, tak jauh dari jembatan kayu yang ambruk, ada satu pelabuhan batu yang dibangun Pemda Bengkalis. Hanya saja, untuk pelabuhan Bengkalis ini tidak dilengkapi atap pada ruang tunggu. Sehingga masyarakat lebih sering menggunakan pelabuhan kayu (yang ambruk itu, red).

Untuk korban yang tercebur ke laut, dari total sekitar 40 orang itu, hanya satu yang mengalami luka ringan di bagian kening. Sementara 39 orang lainnya hanya basah kuyup. "Tidak ada yang cedera parah. Malah yang luka di kening tidak mau dijahit," ujar Rasyid. ***