INDONESIA dikenal sebagai negara agraris karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian dari sektor pertanian, seperti petani, perkebunan, penggembala, dan nelayan. Peran sektor pertanian tidak hanya terbatas pada penyediaan pekerjaan, tetapi juga memegang peranan strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Untuk membuat perencanaan jangka panjang dalam pengelolaan sektor pertanian dibutuhkan data terkini, maka pemerintah melakukan kegiatan sensus setiap sepuluh tahun sekali pada tahun yang berakhiran angka 3.

Sensus Pertanian (ST) merupakan instrumen penting dalam menggali informasi terkini mengenai sektor pertanian suatu daerah. ST 2023 mencakup tujuh subsektor, yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan jasa pertanian.

Peran ST 2023 tentunya harus mencakup kebutuhan akan informasi pertanian di Indonesia yang akurat, faktual, dan terkini.

Data sensus pertanian memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran krusial masing-masing subsector. Tentunya tak luput pula kondisi di Provinsi Riau, salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki potensi agraris yang sangat besar.

Kelapa sawit, kelapa dan karet yang menjadi komoditas primadona dalam memberikan kontribusi besar terhadap produktivitas pertanian serta perekonomian nasional.

Meskipun memiliki potensi yang sangat besar, sektor pertanian di Riau tentunya juga menghadapi sejumlah tantangan. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketidakpastian pasar merupakan hambatan yang memerlukan strategi terpadu untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga terwujudnya ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.

Salah satu tantangan yang perlu diperhatikan adalah, sektor pertanian yang saat ini masih didominasi oleh petani senior yang rentang usianya 45-64 tahun. Hal ini tentu saja menjadi sorotan akan kurangnya minat generasi muda dalam berkontribusi di sektor pertanian.

Akhir-akhir ini muncul pula isu terkait “petani milenial” untuk individu atau kelompok muda yang terlibat dalam sektor pertanian. Petani milenial merupakan generasi muda dengan rentang umur 19-39 tahun yang adaptif terhadap teknologi digital.

Bila kita telisik lebih lanjut, peran petani milenial di Provinsi Riau masih tergolong minim, yaitu berjumlah 186.357 orang. Angka ini hanya 26,46 persen dari total jumlah petani di Provinsi Riau yang sebanyak 704.346 orang.

Generasi milenial cenderung enggan menjadi petani karena menurut persepsinya tidak sesuai dengan minat dan bakat serta rata-rata condong memilih bekerja di perkantoran, sektor jasa, ekonomi dan bisnis.

Beberapa faktor inilah yang merupakan salah satu penyebab generasi muda enggan menjadi petani, yaitu faktor mindset serta faktor peluang usaha, yang dirasa sulit untuk berkembang.

Maka dari itu, pemerintah harus mengambil kebijakan lebih lanjut agar jumlah petani milenial semakin meningkat. Karena petani-petani muda inilah yang akan menjadi penerus dari petani terdahulu agar terus terciptanya pertanian yang berkelanjutan untuk ketahanan pangan.

Adanya partisipasi aktif dari petani milenial diharapkan akan membawa inovasi dalam pemanfaatan teknologi digital dan memberikan perubahan positif serta menjadi salah satu indikator meningkatnya regenerasi di sektor pertanian untuk pemanfaatan teknologi digital, dalam menciptakan pertanian modern yang produktif dan berkelanjutan.

Namun, realitanya saat ini belum semua petani milenial di Riau menggunakan teknologi dalam menunjang aktivitas pertaniannya.

Dari 186.357 orang petani milenial Riau hanya 67.142 orang yang menggunakan teknologi digital, artinya hanya sekitar 36 persen petani milenial yang telah memanfaatkan teknologi digital untuk membantu dalam aktivitas pertanian.

Tentunya perlu program peningkatan akses petani Riau terhadap teknologi pertanian modern yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan oleh pihak-pihak yang berwenang. Selanjutnya, perlu juga dilaksanakan program pelatihan dan penyediaan infrastruktur teknologi, seperti aplikasi mobile untuk pemantauan pertanian dan sensor cuaca, agar dapat memudahkan peningkatkan produktivitas serta efisiensi proses pertanian dari hulu hingga ke hilir.

Selain itu, penting juga memberikan pemahaman penggerak mindset generasi muda agar dapat terjun dan konsisten dalam kontribusinya di sektor pertanian. Pengembangan hilirisasi produktivitas sektor pertanian juga menjadi penting untuk dijalankan, agar hasil pertanian yang didapat telah memiliki pangsa pasar yang luas dan juga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Hal ini dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah serta pemangku kebijakan dalam rangka mendorong perkembangan pemanfaatan teknologi digital di lingkungan sektor pertanian.

Diperlukan dukungan serta kebijakan yang mendukung akses modal, pelatihan teknologi, dan promosi praktik pertanian berkelanjutan untuk membantu memastikan kelangsungan pertanian milenial di Riau.

Kerja sama yang baik dari semua lini, baik pemerintah maupun masyarakat, khususnya sektor pertanian, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani Riau serta adanya regenerasi petani muda modern yang lebih banyak dan berkualitas sehingga mampu bersaing di kancah nasional maupun dunia untuk terciptanya pertanian yang lebih maju dan berteknologi.***

Zaria Hanifa Alyani adalah mahasiswi Program Studi Statistika, Universitas Riau.