SELATPANJANG - Usulan Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi untuk menjadikan Sagu sebagai komodity pangan nasional yang dapat ditampung oleh Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) RI terus berproses.

Kali ini Kepala Perum Bulog Wilayah Riau-Kepri, Bachtiar langsung turun dan menggelar rakor bersama Bupati Kepulauan Meranti bersama OPD dan sejumlah pengusaha Sagu, dalam kesempatan itu pihak Bulog berjanji akan mendukung pemasaran Sagu dengan cara menyerap produksi Sagu Indonesia khususnya Kepulauan Meranti agar tercipta kepastian pemasaran dan stabilitas harga pasaran Sagu, bertempat di Aula Biru Kantor Bupati Meranti, Rabu (22/7/2020).

Hadir dalam pertemuan itu, Ketua Komisi I DPRD Meranti, Fauzy SE, Asisten II Setdakab Meranti, Drs Asroruddin, Kepala Dinas LHK Meranti, Drs H Irmansyah MSi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, M Arif, Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan, T Effendi, para camat, Kepala Bagian Humas dan Protokol Meranti, Rudi MH, serta para pengusaha Sagu dan petani Sagu di Kepulauan Meranti.

Dari Perum Bulog Wilayah Riau-Kepri juga dihadiri Kepala Bidang PBI Perum Bulog Riau Kepri, Oemar, Kepala Cabang Perum Bulog Bengkalis, Berdian dan lainnya.

Seperti diketahui, kehadiran Perum Bulog Wilayah Riau-Kepri ini adalah bentuk respon kunjungan Bupati Irwan dan rombongan ke Perum Bulog RI Jakarta beberapa waktu lalu. Ketika itu Bupati menyampaikan Meranti merupakan daerah penghasil Sagu terbesar di dunia dimana 50 persen Sagu yang dihasilkan dunia berasal dari Meranti. Dengan potensi yang dimiliki itu Meranti siap mendukung ketahanan pangan Indonesia dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Saat komunikasi dengan pihak Kementrian Pertanian Bupati juga menyampaikan cara mengantisipasi seandainya terjadi kelangkaan pangan beras di Indonesia yang disebabkan oleh pembatasan ekspor beras dari negara Vietnam dan Thailand untuk menjaga stok pangan di negaranya ditengah pandemi Covid-19 dunia.

Kepada pemerintah pusat, Bupati Irwan yang juga Ketua Forum Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu Indonesia (Fokus-KAPASSINDO), menegaskan, jawaban jika terjadi kelangkaan pangan di Indonesia sebenarnya ada di Meranti melalui potensi Sagu yang sangat besar tersebut. Bahkan saat ini dikatakan Bupati Sagu sudah diolah cukup maju dan menghasilkan beras Analog dan berbagai turunan lainnya seperti Mie, Gula Sagu serta telah diolah dan menghasilkan ratusan makanan/minuman yang mengantar Kepulauan Meranti meraih rekor MURI.

Namun yang menjadi masalah saat ini dikatakan Bupati adalah berada di sektor pemasaran dan stabilitas harga Sagu itu sendiri. Selama ini produksi Sagu Meranti sebanyak 20 ribu ton/bulan hanya dikirim ke Cirebon dari Cirebon baru dipasarkan ke wilayah Jawa dan Mancanegara seperti Jepang, Malaysia, Singapura dan lainnya.

Namun pengiriman Sagu ke Cirebon dengan sistem titip bayar dinilai belum memberikan kepastian pemasaran kepada petani dan pengusaha Sagu di Meranti, begitu juga dari segi stabilitas harga Sagu.

Jadi agar petani dan pengusaha Sagu di Indonesia khususnya di Kepulauan Meranti tetap bersemangat menurut Bupati perlu campur tangan pusat melalui Bulog RI untuk dapat menampung hasil produksi Sagu tersebut sehingga tercipta kepastian pemasaran dan stabilitas harga Sagu dipasaran.

Tentunya jika kebijakan itu dapat direalisasikan akan menambah semangat para petani Sagu yang selama ini mengantungkan hidupnya pada Sagu melalui sistem ekonomi berbasis kerakyatan tersebut.

"Dalam forum ini kami berharap kepada Bulog, dapat menyerap produksi Sagu Meranti sekaligus dapat menentukan harga pasaran Sagu," ucap Bupati Irwan.

Bupati tidak ingin nasib Sagu sama dengan kelapa dan karet yang harganya terlanjur diatur oleh kartel di Malaysia sehingga petani kurang sejahtera.

"Untuk Sagu jangan sampai terjadi, kita harus lebih awal bersikap agar kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," papar Irwan lagi.

Sementara itu, Kepala Bulog Wilayah Riau-Kepri, Bachtiar mengatakan, permintaan dukungan Perum Bulog untuk pemasaran Sagu seperti yang disampaikan Bupati dapat terwujud. Untuk hal ini Bachtiar mengaku sangat optimis karena  market Bulog sangat besar.

"Kami juga berharap usulan bupati dapat terealisasi apalagi Bulog memiliki market yang besar di 27 Wilayah di Indonesia dan puluhan cabang. Tinggal lagi dukungan dari Pemerintah Pusat melalui Kementrian terkait," ucap Bachtiar.

Bachtiar berpendapat Sagu harus diperlakukan layaknya pangan beras karena sama-sama dapat digunakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

"Jika beras mendapat keistimewaan maka Sagu harus bisa disuport juga," tegasnya.

Selanjutnya pihak Bulog dikatakan Bachtiar akan melakukan Kolaborasi dengan Pemkab Meranti untuk membawa masalah ini ke level yang lebih tinggi.

"Kami melihat disini ada potensi besar yang harus didukung, tinggal lagi perintah kepada Bulog untuk dapat menyerap Sagu," ucapnya lagi.

Karena menurut Bachtiar pada prinsipnya dari segi pemasaran pangan nasional Bulog tidak mesti harus untung tapi dapat juga melakukan subsidi sebagai bentuk negara hadir untuk membantu masyarakat.

"Apa yang telah disampaikan pak bupati akan segera kami respon dan laporkan ke pusat, saya menilai kita sudah melangkah cukup jauh tinggal lagi kebijakan untuk mengeksekusinya," pungkasnya.***