JAKARTA -- Susan (31), seorang guru honorer di SMAN 1 Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kelumpuhan usai menjalani vaksinasi Covid-19 tahap kedua. Selain lumpuh, Susan juga mengalami gangguan penglihatan dan gangguan berbicara.

Dikutip dari detik.com, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari, mengatakan, pihaknya sudah selesai melakukan investigasi terhadap kasus kelumpuhan serta gangguan penglihatan dan berbicara yang dialami guru Susan.

''(Hasil investigasi) sudah, guru tersebut sudah pulang karena menunjukkan perbaikan, dengan kontrol ke RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung),'' ujar Hindra kepada detikcom, Ahad (2/5/2021).

Hindra mengatakan hasil investigasi itu tidak terbukti antara sakitnya Susan dengan vaksinasi Covid-19 yang dijalaninya. Menurutnya, hal itu tidak cukup bukti.

''Tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya keterkaitan KIPI dengan imunisasi yang diberikan,'' ucapnya.

Hindra menerangkan dari hasil diagnosa dokter penanggung jawab pasien (DPJP), Susan mengalami guillain barre syndrome. Kondisi tersebut merupakan penyakit saraf.

''Diagnosis dari DPJP RSHS: guillain barre syndrome,'' katanya.

Minta Negara Hadir

Sebelumnya Ketua Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Dudung Nurullah Koswara meminta negara hadir dalam kasus guru Susan. Sebab, guru Susan sudah mendukung program pemerintah dengan mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap satu dan dua.

''Bu Susan ini sudah mengikuti program pemerintah, vaksin kesatu dan kedua, artinya dia aparatur pendidikan walaupun belum ASN, dia melayani masyarakat, dia sudah mengikuti program pemerintah dia tidak nyinyir. Dia vaksin satu ikut, vaksin dua ikut, setelah vaksin kedua dia sakit,'' ucap Dudung, Sabtu (1/5).

Kehadiran negara, jelas Dudung, sangat diperlukan untuk memberikan jaminan perlindungan kepada Susan.

''Maka negara harus hadir, memberikan jaminan perlindungan secara psikologis, secara finansial dan secara masa depan bu Susan,'' pintanya.***