JAKARTA - Krisis chip semikonduktor nampaknya benar-benar memukul industri otomotif global. Terbaru, Toyota Motor Corporation (TMC) menginformasikan penurunan penjualan mereka selama semester 1 2022.

Toyota harus mengalami penurunan keuntungan hingga 42 persen dan membuat harga saham mereka juga ikut anjlok. Mengutip informasi dari Carscoops, jenama asal Jepang itu hanya mampu meraup keuntungan sebesar 578,66 miliar Yen atau setara Rp 64,8 triliun.

Perolehan itu merosot tajam dibandingkan periode sama pada tahun lalu yang bisa mencapai 997,4 miliar Yen atau setara Rp 111,7 triliun. Diprediksikan, harga saham Toyota juga turut terkoreksi hingga 3 persen.

Anjloknya penjualan serta keuntungan Toyota itu, faktor terbesarnya disebabkan oleh krisis semikonduktor yang masih terus terjadi hingga saat ini. Akibatnya, produksi mobil baru pun jadi terhambat sehingga menyebabkan terjadinya inden yang cukup panjang.

Terhambatnya produksi mobil Toyota secara global itu memang sudah mulai terendus sejak akhir tahun 2021 lalu. Bahkan pada awal 2022 ini, Toyota sudah 3 kali mengumumkan adanya pemangkasan produksi kendaraan mereka di global.

"Kami tidak dapat memproduksi kendaraan dengan cukup. Sehingga pelanggan kami di seluruh dunia harus menunggu kendaraan mereka dikirim," kata juru bicara Toyota.

Kendati mengalami penurunan di semester pertama, Toyota optimis permasalahan krisis semikonduktor yang terjadi akan berangsur pulih pada semester kedua 2022. Ini dikarenakan pembatasan COVID-19 yang terjadi di China saat ini sudah mulai berangsur dilonggarkan.

Diharapkan kondisi itu juga akan berdampak positif pada pasokan komponen dan produksi kendaraan Toyota yang kembali normal. Optimisme Toyota itu juga diperkuat dengan target produksi kendaraan mereka yang tetap pada 9,7 juta kendaraan pada tahun ini.***