KUNJUNGAN Raja Salman bin Abdul Aziz al- Saud bersama Pangeran serta diiringi rombongan super besar ke Indonesia disambut suka cita.

Kabar baik menyentuh gendang telinga. Diteken kerjasama bilateral diberbagai bidang antara Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.

Dari semua kabar baik itu, bagi muslim Indonesia tidak ada yang lebih menggembirakan kecuali satu perkara yang disampaikan Raja Salman yaitu bertambahnya kuota haji Indonesia.

Berkurangnya kuota haji menjadi persolan penting bagi muslim Indonesia bahkan dunia. Dimana sejak tahun 2013 kuota haji Indonesia dan negara lain dipotong 20 persen karena adanya renovasi Masjidil Haram.

Kedatangan Raja Salman mengembalikan kuota haji Indonesia kembali normal. Dari 168.800 menjadi 211.000. Malahan telah disetujui mulai tahun 2017 khusus Indonesia mendapat tambahan 10.000 anggota jemaah.

Sudah dimaklumi, untuk masuk daftar keberangkatan ibadah haji dari Indonesia perlu antre panjang berbilang tahunan. Setelah mendapatkan Nomer porsi haji, menunggu sambil berdoa, alias harus bersabar.

Bila mendaftarkan melalui haji reguler, rata - rata butuh masa untuk bersabar hingga 10 tahunan. Sedangkan untuk haji non reguler/ haji khusus atau lebih dikenal haji plus jika beruntung butuh waktu rata- rata empat sampai lima tahun.

Kedua model pendaftaran haji ini melalui prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah Indonesia. Haji reguler, terkait bimbingan dan pelayanan sejak menasik haji sampai balik haji menjadi tanggung jawab pemerintah.

Sedangkan haji plus diserahkan langsung kepada pihak Travel atau pihak penyelenggara yang dipilih oleh calon jamaah haji.

Pemerintah tetap mengontrol pelayanan dan pengawasan Travel, jika pihak penyelenggara ini tidak menjalankan dengan benar maka Pemerintah dapat mencabut izin usaha jasanya.

Kedua model tersebut jelas sama- sama lama prosesnya. Antara haji reguler dan non reguler sebenarnya sama saja. Hanya pelayanan akomodasi dan konsumsi yang membedakan. Hal itu karena sesuai dengan biaya yang dibayarkan. Jika jamaah haji reguler sebesar Rp 37 juta ongkosnya, sedangkan haji plus antara 75 juta - 130 juta.

Kementerian Agama telah menetapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) khusus atau haji non reguler pada tahun 2017 paling sedikit US$ 8.000 atau sekitar Rp 106 juta, dengan kurs Rp 13.300 per US$.

Jamaah haji reguler, maktab tempat menginapnya agak jauh dari tempat peribadatannya. Jarak antara pemondokan dengan Masjidil haram radius 4 km keatas. Sedangkan jamaah haji plus hotelnya dekat pelataran Masjidil Haram.

Di Arafah juga demikian beda jarak lokasi dan pelayanan akomodasi, hal yang sama ketika jamaah menginap di Mina. Namun dari keasyikan dan semangat, jamaah haji reguler lebih kompak dan bersemangat.

Untuk musim haji Tahun 2016 jamaah haji reguler banyak mengeluhkan pemondokan yang jauh dan tranportasi kendaran Bus yang sudah tua. Akibatnya jamaah butuh waktu perjalanan yang cukup lama untuk sampai ketempat ibadah yang ditujunya.

Soal kesuksesan pelaksanaan haji , banyak pembimbing haji yang membandingkan - memberikan nilai sangat baik pada waktu Menteri Agama Surya Dharma Ali. Demikian menurut keterangan Ustad Abdul Razak yang mengaku sudah bermukim di Makkah 15 tahun.

Pada masa Surya Dharma Ali pemondokan jamah haji reguler sangat dekat yakni paling jauh 3 km. Pada waktu itu juga ada perubahan besar-besaran terkait moda transportasi. Kendaran Bus yang tahun lama diganti Bus mesin terbaru.

"Sayang ya pak, akibat politik di Indonesia menteri yang baik itu malahan dimasukkan penjara. Padahal zaman beliau haji Indonesia dilayani dengan mulia" kata Ustad yang berasal dari Madura ketika berkisah dengan penulis di Depan Hotel Hayyat Medinah sambil naik Bus baru sewaan Travel ABS, Arnusa, Betimur dan Shofa.

Meski Bus Butut dan pemondokan jauh, kebanyakan jamaah haji walau ngedumel tetap menerima apa saja yang tersedia. Jika ada kendala jamaah haji lebih banyak menyalahkan dirinya. Menganggap sebagai ujian dan cobaan ibadah hajinya.

Akan lebih bijak jika kementerian Agama lebih mengutamakan dalam hal demikian. Berbeda halnya jamaah haji plus, rata- rata mereka senang dalam mendapatkan sarana transportasi dan akomodasi.

Jika ada yang komplain Biasanya disebabkan oleh ulah Travel yang nakal. Boleh jadi Travel bernafsu meraih untung yang besar lalu mengurangi atau mengganti layanannya . Akhirnya jamaah jamaah protes karena merasa tidak sesuai dengan janji yang tertera dalam brosur iklannya.

Namun dari pengalaman penulis, jamah haji plus memang lebih istimewa, sepadan dengan biayanya. Baik dari pelayanan transportasi, akomodasi plus bimbingan dalam pelaksanaan ibadah.

Untuk menarik minat calon jamaah haji, pihak Travel berkompetensi ketat serta menawarkan Tour City tambahan di kota Makkah dan Medinah.

Lalu apakah Ada pilihan atau jalur cepat mendaftar haji? Ternyata ada. Bahkan mendaftar tahun ini tanpa harus menunggu langsung berangkat.

Bagi Travel yang sudah punya jaringan dengan pejabat Arab Saudi, di masa in juri time, detik- detik akhir jelang ditutupnya bandara King Abdul Aziz pada tanggal 5 Zulhijah, ada peluang untuk mendapatkan visa. Namun bukan visa haji melainkan visa furoddah.

Visa yang dikeluarkan oleh Arab Saudi inilah yang di jual belikan. Ada hitungan dagang pada celah ini. Pejabat Arab Saudi dapat fulus, travel mendapatkan rezeki.

Visa model demikian menurut kabar yang beredar jumlahnya sangat banyak. Sayangnya karena cara ini adalah kerja sama antara pejabat Arab dengan Travel, lembaga kementerian Agama tidak mau ambil tahu. Pemerintah tidak bertanggung jawab atas jumlah atau apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Kebetulan seusai melaksanakan sholat Asar di Masjidil Haram penulis berjumpa dengan salah seorang jamaah haji dari Jawa Barat yang berhasil mendapatkan visa furoddah. Menurutnya dia harus merogoh koceknya sebesar US$ 19 ribu Amerika atau kalau di kurs ke mata uang Indonesia Rp 254 juta.

Ternyata model mendaftar haji langsung terbang hari ini, sudah bukan rahasia lagi. Bahkan ada sejumlah Travel yang berhasil mengelolanya menjadi usaha yang berpahala dan banyak untungnya.

Berpahala karena dapat membantu calon jamaah bisa berangkat haji. Dan beruntung meski harganya kelewat selangit, dan diantara kedua belah pihak setuju.

Namun perlu dicermati model terakir ini jelas gambling. Ada hal yang dipertaruhkan disini. Jika berhasil selamat naik haji, jika luput menahan kerut.

Kedua belah pihak, pihak Travel dan calon jamaah - saling menanggung akibatnya. Baik secara finansial dan beban batin.

Jika Anda sanggup menahan degup jantung yang kuat tak ada salahnya memilih cara cepat berangkat haji ini. Jika berhasil Anda selamat dan jika gagal jangan sampai sakit anda kumat.

Sistem pendaftaran haji dengan nomor urutan gilir kacang, memang sudah diterapkan. Dalam perkembangannya sistem ini membuat Travel sakit gigi.

Karena banyak Travel yang calon jemaahnya tidak berangkat, sebab tidak ada satupun nama calon jamaahnya tidak ada yang masuk Nomer porsi pada urutan kacang. Kacaunya lagi ada yang bisa berangkat hanya hitungan jari, 2 atau 3 orang.

Maka kemudian, banyak Travel yang membuat konsorsium. Tiga travel atau lebih bergabung. Banyak sedikitnya Jumlah jamaah tentu menentukan . Terkait menghitung kos pembiayaan dan pelayanan.

Calon jamaah haji juga harus waspada terhadap Travel. Lihat track record dan lembaganya. Sebab, ada juga Travel yang sengaja memasang jaring laba-laba. Travel membentuk anak- anak atau cabang.

Ketika ada kesalahan dilempar ke anak perusahaannya . Dengan tujuan kurang baik, jika terjadi sanksi atau pencabutan izin, Travel induk aman, anak perusahaan usahanya ditumbalkan.

Selain kuota haji reguler, haji plus dan visa furoddah. Ada lagi cara yang mesti di evaluasi kembali, terkait jumlah petugas haji yang dikirimkan Pemerintah. Sejauh ini petugas haji melibatkan jumlah besar.

Selain dari kementerian terkait, Pemerintah daerah Provinsi, kabupaten/ kota berlomba dengan dalih petugas haji, ditumpangkan banyak orang yang sebenarnya tidak berkompeten.

Dengan peluang ini memunculkan celah untuk bermain oknum-oknum dari berbagai lini. Maka tidak heran, terdengar kabar untuk mendapatkan visa sebagai petugas haji jadi rebutan dan diperjualbelikan- belikan.

Itulah berbagai pihak yang terlibat dalam urusan haji. Jika beribadah haji itu untuk membersihkan, maka sudah saatnya semua insyaf dan sadar diri. Sekali lagi silahkan memilih yang terbaik. Dari pengalaman penulis jika anda memilih seperti yang saya lakukan. Bersabar menunggu membuat semakin merindu.

Namun setidaknya waktu menunggu dapat digunakan untuk menurunkan kadar kekasaran dan bergugurab sifat keangkuhan serta kesombongan. Saat tiba berangkat jiwa raga benar- benar pada tingkatan taubat nasuha. Amin.

Bagus Santoso adalah jemaah haji tahun 2016, Anggota DPRD Provins Riau