PEKANBARU - Drs Amral Fery, MSi, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, merupakan anak kesebelas dari pasangan Bagindo Ali Akbar dan Azimah. Saat Amril dilahirkan ibunya, 6 Februari tahun 1962, di Jorong Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, ayahnya masih menjabat sebagai Camat Sungai Limau.

Meski merupakan anak bungsu dari sebelas bersaudara dan terlahir di tengah keluarga cukup terpandang, Amral tidak dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Bahkan, menurut cerita Amral, ayahnya mendidiknya sangat keras, terutama terkait kedisiplinan dan keteraturan.

''Ayah saya itu produk pendidikan zaman Belanda, jadi orangnya sangat disiplin dan teratur. Beliau sangat keras menanamkan prilaku disiplin itu kepada anak-anaknya,'' kisah Amral, di ruang kerjanya, Kamis (18/7/2019).

Amral mencontohkan, ayahnya membuat aturan, semua anaknya sudah harus selesai mandi dan berada di rumah sebelum azan Magrib berkumandang. ''Beliau akan marah besar, bila Magrib sudah masuk, masih ada anaknya di luar rumah,'' ujarnya.

Pernah suatu hari, kata Amral, saat dirinya masih duduk di sekolah dasar (SD), dia dimarahi dan nyaris dipukul ayahnya, karena baru sampai di rumah setelah masuk waktu Magrib. ''Kami itu kan mandinya di sungai yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumah. Sore itu, setiap selesai mandi dan ingin naik ke darat, ada seorang teman yang menyiramkan pasir ke badan saya, sehingga saya harus mandi lagi ke dalam sungai. Akibatnya, saya baru bisa sampai di rumah setelah masuk waktu Magrib. Saya sangat ketakutan, karena pasti dimarahi ayah. Ternyata benar, ayah sudah menunggu saya di depan rumah. Ketika ayah ingin memukul, saya yang ketakutan mencoba lari, hingga kami pun berkejar-kejaran sekeliling pekarangan rumah. Untunglah akhirnya datang ibu, menyelamatkan saya dari kemarahan ayah saya,'' kenang Amral, sambil tersenyum.

Dikisahkan Amral, saat bocah dia rajin membantu ibunya mencuci piring dan menggiling cabe. ''Setiap sore saya membantu ibu menggiling lado (cabe, red) menggunakan batu gilingan. Kalau ibu bilang untuk memasak gulai, maka saya akan menggilingnya sampai halus. Saya menggiling lado itu sambil meliuk-liukkan badan, seperti orang menari,'' ungkapnya diiringi tawa.

Tanggung jawab rutin lainnya yang harus dijalankan Amral setiap sore adalah memasukkan ayam ke dalam kandang dan membersihkan kaca lampu semprong. ''Dulu di kampung kami kan belum masuk listrik, jadi di rumah menggunakan lampu semprong untuk penerangan. Membersihkan kaca lampu semprong itu menjadi tanggung jawab saya setiap sore,'' ujarnya.

Setiap usai Shalat Magrib, Amril dan kakak-kakaknya harus mengaji. Yang mengajarkan mereka mengaji di rumah adalah ibunya. ''Ibu saya itu tamatan sekolah Pendidikan Guru Agama atau PGA dan beliau hapal Alquran. Jadi kadang sambil tidur-tiduran, beliau menyimak kami membaca ayat Alquran. Bila bacaan kami salah, beliau akan memberitahu dan mencontohkan bacaan yang benar,'' ucapnya.

Hobi Menangkap Kepiting

Seperti anak-anak lainnya di kampungnya, saat bocah, Amral juga senang bermain dan menangkap ikan di laut. Jarak rumahnya ke laut hanya sekitar 400 meter.

Menangkap kepiting di laut merupakan salah aktivitas yang sangat disukainya saat masih kecil. Bahkan setelah kuliah di Universitas Andalas (Unand) Padang pun, Amral masih menyalurkan hobi menangkap kepiting ini setiap pulang kampung. ''Menangkap kepiting di balik ombak sebatang itu memang luar biasa asyiknya. Setelah kuliah di Padang pun saya masih menangkap kepiting setiap pulang ke kampung,'' ceritanya.

Pendidikan dan Karier

Setelah lulus dari SD Negeri Pilubang tahun 1971, Amral melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri Sungai Limau dan tamat tahun 1977. Kemudian meneruskan ke SMA Negeri Pariaman dan lulus tahun 1980.

Tamat SMA, Amral melanjutkan ke Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) Unand Padang, jurusan Ilmu Biologi, dan lulus tahun 1987.

Setelah tamat dari Unand, Amral merantau ke Medan, Sumatera Utara. Sempat menganggur di Medan sekitar hampir dua tahun, 1987 hingga 1989.

Tahun 1989, Amral diterima sebagai CPNS dan ditempatkan di Balai Pengkajian Holtikultura di Brastagi, Tanah Karo. Tahun 1995 mendapat tugas sebagai Kasubsi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Medan. Masih di tahun 1995, diberi amanah menjadi pimpinan proyek di BPTP Medan. Jabatan ini diembannya hingga 1997.

Tahun 1997 Amral berkesempatan melanjutkan pendidikan ke Program Magister (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB), jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan. Tahun 1999 berhasil merampungkan pogram S2-nya dan berhak menyandang gelar Master Sains (MSi) di belakang namanya. Tahun 2000, Amral ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Pengkaji Sumber Daya di BPTP. Jabatan ini dipegangnya hingga 2002.

Diceritakan Amral, menjadi Ketua Kelompok Pengkaji Sumber Daya di BPTP, termasuk tanggung jawab berat yang pernah diembannya. Sebab, dia harus memimpin 70 orang, yang sebagian diantaranya memiliki pengalaman dan tingkat pendidikan lebih tinggi dari dirinya. Bahkan beberapa orang bergelar doktor lulusan perguruan tinggi terkemuka di luar negeri.

''Alhamdulillah, berkat kekuatan dan petunjuk dari Allah, semua tanggung jawab tersebut bisa dijalankan dengan baik,'' ujarnya.

Tahun 2002, Amral dipindahkan ke Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera yang berkantor di Pekanbaru, Riau. Di kantor baru ini, Amral mendapat jabatan Kabid Peningkatan Kapasitas. Selanjutnya, tahun 2014 dipromosikan menjadi Kepala P3E Sumatera. Jabatan tersebut dipegangnya hingga saat ini.

Pesan Ayah

Meski ayahnya sudah lama tiada, Amral mengaku selalu mengingat pesan-pesannya. Ada tiga pesan yang berulang-ulang disampaikan ayahnya, kata Amral, yakni jangan pernah meninggalkan shalat, hidup harus selalu teratur dan peduli kepada orang-orang kecil.

''Salah satu bentuk hidup yang teratur menurut ayah saya itu adalah selalu meletakkan barang pada tempatnya. Bila nanti diambil karena diperlukan, maka letakkan kembali ke tempat semula kalau sudah selesai menggunakannya. Sehingga bila diperlukan lagi, dengan mudah mengambilnya, termasuk ketika hari gelap sekalipun,'' jelasnya.

''Ayah juga senantiasa mengingatkan kami anak-anaknya, agar selalu peduli membantu orang-orang kecil atau orang yang kondisi ekonominya lemah. Keluarga kami dulu tidak kaya juga, tapi ayah dan ibu menunjukkan kepada kami, mereka peduli membantu orang-orang yang tengah kesusahan. Misalnya, meminjamkan atau memberikan beras, bila ada tetangga kami di kampung yang kehabisan beras untuk dimasak,'' ucapnya.

Motto dan Prinsip Hidup

Amral mengaku motto hidupnya adalah ''pantang berhenti sebelum selesai''. Sedangkan dalam menjalankan setiap amanah, Amral memegang prinsip ''melakukan yang terbaik''. ''Pantang berhenti sebelum selesai dan melakukan yang terbaik, itulah motto dan prinsip hidup saya,'' ucap Amral.

Kepada generasi muda Amral berpesan, jangan menghabiskan waktu untuk bermain, tapi gunakanlah banyak waktu untuk belajar. ''Seriuslah bila sedang belajar, jangan dicampuradukkan dengan bermain, hingga ilmunya tersimpan dengan kuat,'' katanya mengingatkan.

Amral juga mengingatkan, agar selalu hormat dan patuh kepada orangtua. ''Serendah apa pun pendidikan orangtua, yakinlah bahwa semua nasihat yang dikatakannya kepada anaknya adalah kebaikan. Ingat, ridha Allah bergantung kepada ridha orangtua,'' tegasnya.

Keputusan Berani

Amral menikah dengan pujaan hatinya, Rina Delfi, di Medan tahun 1988. Keputusan menikah tahun 1988 itu, menurutnya, termasuk salah satu keputusan paling berani dalam hidupnya. Sebab, saat itu dirinya belum punya pekerjaan tetap alias masih menganggur.

''Saya diterima sebagai CPNS kan baru pada tahun 1989, setahun setelah menikah. Saya berani, karena yakin Tuhan pasti akan membukakan pintu rezeki. Alhamdulillah, tahun 1999 saya diterima sebagai CPNS,'' ujarnya sambil tersenyum.

Rina Delfi merupakan adik tingkatnya saat kuliah di FIPIA Unand Padang. Sama dengan Amral, tahun 1997 Rina juga melanjutkan pendidikan ke program S2 di IPB dan meraih gelar MSi pada 1999. Saat ini Rina Delfi menjabat sebagai Kepala Balai Karantina Sultan Syarif Kasim (SSK) II Riau.

Dari pernikahan dengan Rina, Amral dikaruniai empat anak, yakni Rila Ferina, Fadhilla Ilham Fajri, Atikah Faiza dan Afifah Ananda Putri.***