JAKARTA -- Iblis laknatullah selalu gencar mendorong para fukaha atau ulama fiqih menjilat penguasa. Bila jilatannya berhasil, maka mereka akan membiarkan kemungkaran yang dilakukan penguasa bersangkutan.

Dikutip dari Republika.co.id, yang menyadur dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, salah satu talbis yang dilancarkan Iblis kepada para fuqaha yaitu dengan cara mendorong mereka bergaul serta bermanis muka di hadapan para penguasa dan mereka juga mengingkari kemungkaran yang ada.

Terkadang mereka memberikan kelonggaran hukum bagi para penguasa. Semua itu mereka lakukan demi mendapatkan harta dari penguasa.

Akibat nyata yang ditimbulkan dari tindakan itu ialah tersebarnya kerusakan pada tiga pihak berikut.  

Pertama, si penguasa sendiri. Karena dia akan berkata: "Sekiranya aku tidak berada di atas kebenaran, pasti si fulan yang terkenal sebagai ahli fiqih itu mengingkari sikapku. Bagaimana mungkin aku berada di pihak yang tidak benar sementara dia saja mau memakan hartaku?''

Kedua, orang awam. Karena dia akan berkata: ''Tak ada masalah dengan penguasa itu, demikian juga harta serta apa yang dia perbuat, sebab Fulan yang ahli fiqih bersamanya.''

Ketiga, ahli fiqih itu sendiri. Karena agamanya menjadi rusak akibat perbuatannya terhadap penguasa tersebut.

Iblis melancarkan tipu dayanya terhadap para fuqaha dengan mendorong mereka supaya mendekati penguasa, sehingga ahli fiqih itu berkata: ''Kami mendekati penguasa hanya untuk membantu seorang Muslim.''

Tipu daya iblis ini segera tersingkap tatkala ada orang selainnya yang menemui sang penguasa guna menawarkan bantuan. Si ahli fiqih akan tidak senang kepada orang itu, bahkan mungkin dia mencelanya, karena dia ingin hanya dia yang dekat dengan sang penguasa.  

Di antara talbis iblis terhadap ahli fiqih adalah dengan mendorong mereka untuk mengambil harta para penguasa, misalnya dengan katakata hasutan: ''Kamu memiliki hak pada harta tersebut.''

Padahal telah maklum bahwa jika harta itu berasal dari sumber yang haram, tentu dia tidak boleh mengambilnya sedikit pun. Jika berasal dari sumber yang syubhat, maka meninggalkannya lebih utama daripada mengambilnya. Dan jika berasal dari sumber yang mubah, maka dia boleh mengambilnya sesuai dengan posisi pribadi dalam agama, bukan karena berdasarkan motif akan membelanjakannya secara serampangan.  

Boleh jadi ada orang-orang awam yang akan mengikuti perbuatan ahli fiqih yang teperdaya oleh Iblis ini, sehingga mereka membolehkan apa yang tidak dibolehkan-Nya.  

Iblis pun melancarkan tipu dayanya kepada ulama fiqih yang menjauhkan diri dari penguasa dengan dalih beribadah dan menegakkan agama. 

Iblis menghiaskan kepada mereka kebaikan ghibah terhadap ulama yang mendekati penguasa. Dengan perbuatan tersebut, Iblis membuat mereka terjatuh pada dua petaka: menggunjing orang lain dan menyanjung diri sendiri.  

Kesimpulannya, mendekati penguasa termasuk bahaya yang sangat besar. Karena tatkala seseorang dekat dengan para penguasa, boleh jadi niat awalnya baik. Namun niat kemudian berubah karena kebaikan dan kedermawanan para penguasa, atau karena adanya sikap tamak dalam hati untuk mendapatkan harta mereka. Akibatnya, dia tidak bisa menahan diri dari sikap menjilat kepada mereka, dan dia pun tidak mampu mengingkari kesalahan mereka.***