PEKANBARU - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmiyul Rauf dikenal sebagai pakar perminyakan yang sudah melalangbuana di tingkat internasional.

Namun dalam perjalanannya, Ahmiyul ternyata pernah ditolak oleh Caltex saat mencoba melamar pekerjaan usai tamat dari SMA. Dia melamar ke Chevron mengikuti beberapa orang alumni SMAN 1 yang terlebih dahulu diterima oleh perusahaan asal Amerika tersebut.

"Mereka mendapatkan program training khusus, bahkan sebagian bisa training ke luar negeri. Siapa yang tidak tertarik waktu itu? Tapi masih belum berpihak, saya tidak dijanjikan akan dipanggil oleh pihak Caltex," kata Ahmiyul saat bercerita dengan GoRiau.com, Rabu (24/2/2021).

Pupusnya harapan masuk Caltex, membuat pria kelahiran Teluk Kuantan 65 tahun yang lalu ini mencoba mendaftarkan diri ke Universitas Gajah Mada. Rencana berkuliah ini sebenarnya sudah dia bincangkan dengan keluarga sebelum mendaftar ke Caltex

Setelah mempersiapkan diri untuk merantau ke Pulau Jawa, Ahmiyul pun dilepas oleh orang tuanya menuntut ilmu, hingga akhirnya diterima di Jurusan Teknik Geologi pada awal Januari 1975.

Kesibukan di kampus membuat dia fokus dengan semua agenda perkuliahan, sehingga bisa dikatakan dia tidak tertarik sama sekali untuk berkegiatan lain-lain, termasuk berwisata di berbagai objek wisata di Yogyakarta.

"Hasil kerja keras tersebut, Alhamdulillah, saya mendapatkan Beasiswa Supersemar mulai pada semester ke-lima," ujarnya.

Di semester-semester akhir perkuliahan, barulah Ahmiyul mulai berfikir lagi tentang Caltex, namun bukan untuk menjadi karyawan seperti yang dia lakukan saat tamat SMA dulu, melainkan untuk mencari tempat praktek lapangan.

"Saya berbincang dengan sesama mahasiswa, terutama beberapa mahasiswa senior yang baru pulang dari program praktek lapangan di berbagai perusahaan minyak," tuturnya.

Diantara mereka, ada beberapa senior yang sudah bekerja sebagai karyawan kontrak paruh waktu sambil menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi. Dari diskusi itu, barulah dia berjuang mengejar cita-cita bekerja di perusahaan minyak, seperti Shell, Exxon, Caltex dan lainnya.

Apalagi, dia juga antusias mendengarkan cerita dari senior yang sudah lulus dan menunggu jadwal wisuda, dimana dia melihat proses para senior melamar pekerjaan di perusahaan minyak.

"Intinya, mahasiswa Jurusan Teknik Geologi pada waktu itu seolah bebas memilih perusahaan yang dia suka, dan bisa melamar disana-sini walaupun belum resmi menamatkan pelajaran. Termasuk pengalaman salah seorang teman yang baru pulang dari Rumbai untuk menjalani serial testing interview pada pertengahan tahun 1980," tuturnya.

Ceritanya, sambung Ahmiyul, tentu sangat menarik hati, apalagi temannya itu bercerita tentang pulang pergi menumpang pesawat milik Caltex, dia semakin antusias menunggu giliran tim rekrutmen dari Caltex yang akan datang lagi.

"Gimana saya tidak tertarik, bisa pulang kampung gratis. Apalagi belum pernah selama ini saya merasakan seperti apa enaknya naik pesawat," terangnya.

Tak berapa lama, tim rekrutmen Caltex memang datang lagi ke Yogya, dengan tujuan mencari calon karyawan dari kalangan mahasiswa semester akhir. Pengumunannya tertempel di buletin dinding kampus, para peminat dipersilahkan mendaftar di kantor tata usaha.

Sekitar 30 orang yang mendaftar sebagai calon karyawan dipanggil untuk testing tahap pertama di Hotel Ambarukmo, Yogya. ang dinyatakan lulus akan di test interview di Rumbai. Ahmiyul termasuk salah seorang yang lulus.

Datanglah waktunya, mereka diundang berkunjung ke Kantor Operasi Caltex di Rumbai. Bersama dengan dua orang temannya, Ahmiyul berangkat dari Yogya ke Jakarta menginap di Hotel Indonesia, karena mesti menunggu penerbangan pagi besoknya ke Pekanbaru.

"Rupanya, di Jakarta sudah menunggu pula empat orang calon karyawan lulusan ITB, yang akan berangkat bersama-sama besok pagi. Itulah pertama kali saya naik pesawat. Alhamdulillaah. Gembiranya bukan main. Bisa pulang kampung gratis naik pesawat," katanya.

Selama lima hari di Rumbai, bertujuh orang mereka dipergilirkan dari satu staf profesional Exploraion Caltex, ke staf berikutnya. Benar-benar proses seleksi yang ketat, dengan begitu nanyak pertanyaan yang diajukan, baik yang bersifat teknikal, maupun yang nonteknikal.

"Salah satu yang saya ingat adalah pertanyaan tentang motivasi masuk Caltex. Saya agak menyesal menjawabnya, karena jawaban saya mungkin dianggap sombong. Waktu itu saya jawab bahwa saya masuk Caltex bukan karena gajinya tinggi, karena gaji yang lebih besar mungkin bisa saya dapat di perusahaan lain. Akan tetapi saya suka dengan pekerjaan di Caltex karena saya bisa dekat dangan karib kerabat saya, terutama orang tua saya," ulasnya.

Lepas dari kegiatan interview, mereka di jadwalkan pulang lagi naik pesawat Caltex. Yang enam orang lainnya dijadwal pulang hari yang sama, sementara Ahmiyul diminta dijadwal belakanhan saja, karena dia mau pulang kampung dulu ke Taluk Kuantan.

"Benar-benar dapat kesempatan pulang kampung gratis. Hasil proses interview yang barusan berlalu, Insya Allah sudah tercatat di luh-mahfuz," tuturnya.

Dia datang lagi ke kampus dan telah ditunggu oleh staf tatausaha, yang menyimpan surat dari Caltex yang telah sampai beberapa hari sebelumnya, tertuju kepada dia. Dengan tenang, dia membuka setelah membaca basmalah.

"Alhamdulillaah, saya termasuk salah seorang yang diterima, dengan syarat harus melapor segera ke Caltex nanti setelah lulus dan diwisuda," terangnya.

Serasa ingin cepat selesai dan segera memulai bekerja di Caltex, beberapa kali dosen pembimbing skripsinya mengatakan bahwa pihak Caltex bertanya-tanya kapan dia akan dijadwalkan selesai dan lulus. Sudah tentu jawabannya tidak bisa dia tetapkan.

"Belakangan saya berfikir tentang beratnya beban yang terpikul pada pundak dosen pembimbing saya, karena cepat atau lambatnya tergantung beliau yang sedang memeriksa skiripsi saya," katanya.

Akhirnya Ahmiyul diwisuda pada akhir April 1981. Dokumen tanda lulus segera dia kirimkan ke Rumbai pada kesempatan pertama. Beberapa hari ditunggu tidak ada balasan, sementara dia mesti pulang ke Riau bersama orangtuanya yang hadir pada waktu wisuda.

Akhirnya, dia putuskan pulang dengan pesawat umum, tidak mesti menunggu jadwal pesawat Caltex. Sampai di Pekanbaru, dia segera melapor ke kantor Caltex. Pihak Caltex kaget karena ini pertama sekali terjadi, ada calon karyawan belum dipanggil sudah melapor.

Ketika mereka bersiap hendak memproses keperluan adminstrasi Ahmiyul, termasuk urusan agar supaya dia segera memulai bekerja, dia minta waktu untuk pulang kampung dulu, istirahat dan kumpul-kumpul dengan kerabat dekat di Taluk Kuantan. Bukannya ingin segera bekerja dan menerima gaji besar dari Caltex.

"Akhirnya saya mendapatkan tanda pengenal karyawan Caltex, dan mulai bekerja di Caltex sejak hari Senin tanggal 11 Mei 1981," pungkasnya.

Setelah 24 tahun berkarir di PT CPI, dia sempat berpindah tugas beberapa perusahaan minyak lain, antara lain Petronas, Kuala Lumpur. Terakhir dia bertugas sebagai Direktur di suatu perusahaan minyak milik daerah. 

Dia masih aktif terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, terutama sebagai narasumber terkait isu-isu perminyakan di Riau.

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS secara resmi mengumumkan penggantian Ketua DPD PKS Kota Pekanbaru dalam Musyawarah Daerah (Musda) V PKS Kota Pekanbaru yang dilaksanakan serentak secara virtual oleh DPP Sumbagut.

Kejutan terjadi Ketika H Ahmiyul Rauf diumumkan sebagai Ketua DPD PKS kota Pekanbaru Periode 2020-2025 menggantikan Soni Martin. Ahmiyul selama ini dikenal sebagai ahli sumberdaya alam dan Geologi Riau.

Alumni Teknik Geologi UGM angkatan 1975 ini sudah melalangbuana di dunia perminyakan nasional maupun internasional, diantaranya pernah bekerja di Caltex Riau selama 24 tahun, kemudian berpindah ke BUMD Bumi Siak Pusako (BSP) dan terakhir Petronas di Kuala Lumpur Malaysia selama delapan tahun.

Selama bekerja di Caltex, Ahmiyul bersama keluarganya pernah bermukim di San Fransisco, Houston, dan Los Angeles, dalam rangka bertugas di perusahaan induk Caltex di Amerika kurun waktu tahun 2002-2004.

Bersama tim eksloprasi kawasan Afrika, Ahmiyul ikut mencari sumber Migas baru di kawasan lepas pantai.***