KAMPAR - Kabupaten Kampar terkenal sejak dulu dengan penghasil madu, salah satunya adalah madu kelulut yang memiliki merek dagang Madu Ku Oke (Madu Kuok). Budidaya madu kelulut kini tengah ngetren di Kecamatan Kuok. Ada beberapa orang yang memulai menekuninya karena ini merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan.

Andi Mandala, salah seorang yang melakukan pengembangbiakan lebah madu kelulut saat ditemui di rumahnya di Balai Pelatihan Penelitian Pembangunan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) mengaku sudah tiga tahun mulai usahanya.

Dia telah membuat merek dagang usahanya Madu Ku Oke (Madu Kuok) sudah mulai dikenal hingga ke luar Provinsi Riau dengan pemasaran melalui media sosial dan cerita dari mulut ke mulut.

"Saya sudah memulai usaha ini sejak tiga tahun yang lalu, namun sempat gagal saat pertama memulai, dan Alhamdulillah saat ini sudah dapat menghasilkan uang yang sangat menjanjikan," kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya sekaligus tempat usahanya itu, Kamis (30/12).

Dia menuturkan cara pengembangbiakannya dimulai dengan pengambilan sarang lebah dari batang kayu yang berlobang dipotong balok pendek yang disebut log. Lalu gelondongan kayu itu dipindahkan dan dikondisikan dengan sedemikian rupa supaya lebah tersebut naik ke kotak yang telah dibuat atau disebutnya juga budidaya dengan sistem topping/koloni.

Harga per log atau satu koloni itu lumayan mahal Rp400 ribu. Saat ini dia telah memiliki sebanyak 200 log dan yang baru produksi sebanyak 50 koloni.

Dari satu kloni itu bisa menghasilkan 1,5 kg madu dengan dua kali panen dalam satu bulan dengan harga jual Rp350 ribu per kilogram. Akan tetapi hasilnya dipengaruhi oleh musim bunga sebagai pakan dari lebah itu. Seperti di Kuok ini bunga andalan untuk pakan lebah berasal dari pohon matoa.

Hasilnya tergantung dari jumlah pakan yang tersedia, semakin banyak pakan maka semakin banyak hasilnya. Selain itu, juga melihat kondisi koloni bagus atau tidaknya, ada yang sedang, lemah dan bagus.

Jika musin penghujan hasil panen madu tidak maksimal. "Kalau saat ini sejak musim hujan dan belum musim bunga, selama dua bulan ini hasil panen sangat minim," kata Andi yang mengaku tidak ada kendala saat memasarkannya.

Selain menghasilkan madu kelulut, ada juga madu sialang dan mellfera yang juga dijual secara koloni. Dalam satu koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja, lebah pejantan.

Dari 50 koloni tersebut hasilnya kira-kira 10 sampai 20 kg dengan catatan jika sedang musim bunga. Harga jual mencapai harga Rp350 ribu per kilogramnya, namun kendalanya saat ini, daya dukung pakan dengan jumlah koloni tidak seimbang.

Ternyata pengorbanan dan rasa penasaran Andi ini tidak sedikit, usahanya sempat mengalami kegagalan, selama enam bulan dia mempelajari cara budidaya madu kelulut hingga berhasil sampai saat ini.

Saat ini Andi Mandala mulai menikmati manisnya berbudidaya madu kelulut. Madu kelulut dapat dinikmati langsung dari sarangnya dengan menggunakan sedotan yang ditancapkan ke kantong-kantong madu.

Bagi masyarakat yang ingin menikmati madu kelulut bisa langsung datang ke peternakan Andi sekaligus belajar cara budidaya.

Madu kelulut ini bisa langsung dinikmati ke mulut hingga akhirnya manisnya menyebar dari mulut ke mulut. Selamat mencoba. ***