BLOOMINGTON -- Syekh Mohamed Mukhtar (50 tahun), imam Masjid Dar al Farooq, Bloomington di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, mengalami patah bahu akibat diserang dua pria, Kamis (6/ 8/2020) malam.

Hingga kini, kedua pelaku masih berkeliaran, karena Kepolisian Bloomington belum berhasil menangkapnya. Pemburuan terhadap kedua pelaku itu berlangsung setelah Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR) cabang Minnesota meminta pihak berwenang menyelidiki insiden tersebut.

Dikutip dari Republika.co.id, diperkirakan kedua tersangka itu masih remaja berusia 20-an tahun. Satu pelaku berkulit hitam dan satu pelaku lainnya berkulit putih. Insiden pemukulan itu terjadi Kamis lalu pada pukul 22.00 di dekat Masjid Dar al Farooq. 

''Luka fisik bisa sembuh tapi luka emosional dan hilangnya rasa aman adalah luka yang panjang,'' kata Direktur Eksekutif Masjid Dar Al Farooq Mohamed Omar seperti dilansir Iqna.ir, Senin (10/8).

Mohammad Omar mengatakan hidup dalam ketakutan serangan merupakan krisis bagi kesehatan masyarakat.

Saat Berjalan ke Masjid

Syekh Mohamed Mukhtar diserang saat sedang berjalan menuju Masjid Dar Al Farooq di Bloomington, Kamis (6/8) malam. Serangan tersebut terjadi di area 82nd Street dan Park Avenue.

Menurut keterangan yang didapat, saat kejadian, pria tersebut sedang berjalan menuju masjid ketika dia orang tidak dikenal mendekat dan menyerangnya. 

Akibatnya, korban menderita cedera tubuh bagian atas yang cukup parah, dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Fairview Southdale.

Penyerangan terhadap imam Masjid Dar Al Farooq itu, membangkitkan kenangan kelam yang sempat menimpa masjid beberapa tahun terakhir. 

Setelah kejadian tersebut, polisi melakukan penggeledahan dan penyelusuran di lokasi kejadian, namun hingga kini, pelaku yang digambarkan berusia dua puluhan atau akhir belasan itu belum dapat ditemukan. 

Kepolisian meminta masyarakat untuk segera melapor jika menemukan orang dengan ciri-ciri yang serupa dengan pelaku penyerangan. Penyelidikan dan investigasi juga akan terus dilakukan, kata Polisi. 

Setiap Jumat sejak pengeboman 2017 lalu, kelompok yang sebagian besar merupakan penduduk kulit putih ini berdiri di sekitar lokasi pelaksanaan shalat Jumat untuk memberikan rasa aman bagi umat Muslim. Setelah mendengar tentang penyerangan pada Kamis malam, keesokannya sekitar 50 orang muncul untuk mengucap belasungkawa.***