SELATPANJANG - Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau sempat dihebohkan dengan informasi yang menyebar bahwa Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi sempat kontak langsung dengan pasien positif virus Corona atau Covid-19, ternyata informasi tersebut adalah hoaks.

Para santri asal Desa Bandul dari klaster Magetan ini tidak ada melakukan perjalanan ke Kota Selatpanjang bahkan tidak pernah menemui Bupati secara langsung. Hal ini didapatkan setelah mendengar penuturan langsung dari pihak keluarga.

"Ini bisa saya pastikan, dimana yang bersangkutan dalam hal ini keponakan saya berinisial IA pulang dari Temboro melalui Pekanbaru dan Bengkalis langsung menuju Desa Bandul dan menjalani isolasi mandiri di rumah, itu tepatnya seminggu sebelum puasa. Selama di rumah juga saya pastikan dia tidak kemana-mana apalagi menemui bupati," kata Zainal.

Ditambahkan kakak kandung pasien, Gusti Ariani yang menyebutkan jika adiknya dipastikan tidak keluar dari rumah selama menjalani isolasi mandiri.

"Saya kakak yang bersangkutan, asal tahu saja, adik saya ketika sampai langsung dilakukan isolasi mandiri dan tidak diperkenankan keluar sedikit pun apalagi ke rumah bupati," kata Gusti Ariani

Menanggapi hal itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti, Syamsidir sangat menyayangkan adanya informasi bohong dan itu disampaikan pula oleh pejabat di pemerintah.

"Tentunya kita sangat menyayangkan jika informasi tersebut ternyata hoaks. Persoalan ini bukan saja menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan banyak pihak, tiga wartawan yang diserang hoaks tentunya merasakan kecemasan yang luar biasa. Mereka bukan saja dihantui rasa takut, tapi juga disisihkan banyak orang, terutama narasumber yang sehari-hari ditemui. Sekarang ini jangankan dinyatakan positif rapid test atau swab, kita bersin saja dicurigai orang. Jadi berhati-hatilah kalau menyebarkan informasi," kata Syamsidir.

Agar persoalan ini tidak berlarut-larut, ketua PWI itu juga meminta pihak yang menyebarkan informasi tersebut untuk segera mengklarifikasinya sehingga tidak menimbulkan keresahan.

"Agar persoalan ini segera pulih, saya berharap kepada pihak yang menyebarkan informasi di media sosial segera mengklarifikasinya sehingga warga tidak diresahkan dan tiga wartawan yang menjadi korban juga tidak lagi disisihkan banyak orang. Saya juga kepada tiga wartawan yang menjadi korban hoaks agar bisa berbesar hati. Segala sesuatu yg terjadi pasti ada hikmahnya. Apalagi saat ini masih dalam bulan suci, jadi tidak ada ruginya jika memaafkan orang lain yang membuat kesalahan tersebut," ujar Syamsidir.

Sementara itu, perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) perwakilan Kepulauan Meranti, Susanto Sudarmo mengatakan jika berita yang dibuat oleh wartawan itu tidak salah. Susanto juga mempertanyakan kepentingan sehingga isu itu dimunculkan ke publik.

"Menurut aturan jurnalistik, berita yang telah dibuat wartawan tidak salah karena memiliki sumber yang jelas, terlepas pernyataan dari sumber itu benar atau tidak. Yang kita sesalkan jika pernyataan itu ternyata tidak benar, setelah pihak keluarga membantah pernyataan tersebut. Disini publik bisa menilai apakah ada kepentingan dari dimunculkannya isu tersebut. Wartawan jadi kerja dua kali merinci kronologis munculnya isu tersebut, untuk diketahui publik secara gamblang," kata Susanto

Dia menambahkan jika isu yang dilempar ke publik melalui sosial media itu hoaks yang bersangkutan bisa dikenakan pidana.

"Kalau ternyata itu tidak benar, penyebar hoaks itu bisa kenakan pasal pidana," pungkasnya. ***