JAKARTA - Seorang wanita berinisial LHI menjadi korban pemerasan dan pelecehan seksual saat melakukan rapid test di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Pelakunya diduga seorang dokter.

Kabar tentang peristiwa yang dialami LHI ini beredar luas di media sosial setelah dibagikan korban melalui akun twitternya.

Dikutip dari detikcom, peristiwa ini disebut terjadi pada 13 September 2020, saat LHI hendak melakukan perjalanan ke Nias, Sumatera Utara. Dia mengaku berencana untuk kembali melakukan rapid test di Bandara, meski hari sebelumnya telah melakukan tes.

''Pada hari Minggu, 13 September 2020, aku mau pergi ke Nias Sumut dari Jakarta. Karena belum sempat melakukan rapid test di hari sebelumnya, jadi aku berencana untuk melakukan rapid test di bandara,'' tulis akun @listongs seperti dilihat detikcom, Sabtu (19/9/2020).

LHI mengaku, tiba Terminal 3 pada pukul 4 pagi, untuk melakukan tes di tempat resmi yang disediakan pihak bandara. Dia mengaku yakin bahwa hasil tes akan non reaktif, namun ternyata hasilnya dinyatakan reaktif.

''Tapi yaudah, mungkin akunya yang terlalu sombong, jadi rapid aku reaktif Ig G. di situ aku yaudah pasrah, mau cancel flight juga gapapa. karena pergi ke nias juga gak urgent-urgent banget,'' katanya.

Dia mengaku telah berniat membatalkan penerbangannya. Namun, dokter yang melakukan pemeriksaan disebut justru menawarkan perubahan data atas hasil rapid.

''Habis itu dokternya nanyain, 'kamu jadi mau terbang gak?' di situ aku bingung kan, hah kok nanya nya gini.... terus aku jawab lah 'lah emangnya bisa ya, pak? kan setau saya ya kalo reaktif ga bisa lanjut travel', habis itu dokternya bilang 'ya bisa nanti saya ganti data-nya','' ujar LHI.

''Di situ kaget si jujur, sama bingung juga. sampai akhirnya aku bilang ke dokternya 'gausah juga gapapa dok, saya takut nularin ke orang-orang di Nias. Jujur emang aku mikirnya gt, karna setau aku di Nias jg masih minim fasilitas kesehatannya, kasihan juga orang2 di sana,'' sambungnya.

Singkat cerita, dia mengaku oknum doker tersebut mengikutinya hingga departure gate dan meminta bayaran. LHI pun mengaku memberikan transfer kepada oknum dokter tersebut sebesar Rp1,4 juta.

''Si dokter jawab, 'mba mampunya berapa? misal saya sebut nominalnya takut ga cocok' hhh si anjing. yaudalah aku asal jawab aja ''sejuta?'' eh si dokter miskin ini jawab ''tambahin dikit lagi lah mba'' si tai yaudah karna aku males ribet orangnya, aku tambahin jadi 1,4jt,'' tuturnya.

Selain meminta bayaran, dia menyebut oknum dokter tersebut juga melakukan pelecehan kepada dirinya dengan mencium dan meraba payudara.

''Aku kira cuma selesai sampai di situ, ternyata enggak :( abis itu, si dokter ndeketin aku, buka masker aku, nyoba untuk cium mulut aku. di situ aku bener2 shock, ga bisa ngapa2in, cuma bisa diem, mau ngelawan aja gabisa saking hancurnya diri aku di dalam,'' ujarnya.

Dia mengaku tidak dapat melakukan perlawanan saat kejadian tersebut. ''Please jngan hujat aku ''aku nya yang ngebolehin/gak ngelawan'' tapi jujur, pada saat kejadian bener2 gak bisa ngapa2in dan ngerasa powerless,'' tuturnya.

Pihak kepolisian sedang menyelidiki kejadian tersebut. Kasat Reskrim Polresta Bandara Soetta, Kompol Alexander Yurikho, mengaku sudah mendapat informasi soal viralnya cerita dugaan kasus pemerasan dan pelecehan seksual tersebut. Dia menyebut pihak korban sejauh ini belum melapor.

''Iya kami sudah monitor (terkait kejadian tersebut), tapi (korban) secara resmi belum melaporkan,'' kata Alexander saat dikonfirmasi, Sabtu (19/9/2020).

Pihak AP2 yakni Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Agus Haryadi, sudah dicoba dimintai konfirmasi terkait ini, namun belum ada tanggapan.***