PEKANBARU - Kenduri Puisi kembali dilaksanakan Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) Pekanbaru. Kenduri IX kali ini dilaksanakan di Desa Aur Kuning, Kecamatan Kamparkiri Hulu, Kabupaten Kampar, 16 dan 17 Desember. Desa ini merupakan desa ke enam jika dihitung dari Desa Tanjung Belit, desa awal peserta naik perahu. Terletak di tepi Sungai Subayang kawasan SM Bukit Rimbang Bukit Baling.

Hadir dalam kenduri kali ini antara lain, penyair Riau Bambang Kariyawan, DM Ningsih, Muhammad De Putra, seniman Riau Tengku Zakir Umar, Yuli, juara cipta dan baca puisi nasional tingkat SMP (FLS2N) Putri Marsya (Pelalawan), deklamator cilik Muhammad Daffa Alfajri (Pelalawan), Nuranita Adam (Rohul), perwakilan Taman Nasional Tesso Nilo, Sanggar Latah Tuah UIN Susqa, Community Pena Terbang (Competer) Pekanbaru, Papala Padang Sawah (Kampar Kiri) dan Lenggok Media (Rohul).

Peserta mengawali perjalanan Kenduri Puisi dari Pekanaru menuju Desa Tanjung Belit dengan menggunakan kendaraan darat (mobil) sekitar tiga jam. Dilanjutkan dengan perahu dari Desa Tanjung Belit menuju Desa Aur Kuning selama dua jam. Perjalanan yang dimulai pukul 08.00 WIB baru berakhir dengan tiba di Desa Aur Kuning sekitar pukul 13.00 WIB. Kedatangan peserta Kenduri Puisi IX dari Pekanbaru sudah ditunggu masyarakat Desa Aur Kuning, khususnya anak-anak yang akan mengikuti lomba baca puisi.

Awalnya Kenduri Puisi kali ini dimeriahkan dengan lomba baca puisi tingkat SMP se-Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Tapi melihat antusias dan semangat anak-anak SD yang juga ingin mengikuti lomba, lalu dibuka lomba untuk tingkat SD. Khusus untuk tingkat SMP, anak-anak yang mau ikut lomba memang sudah dipersiapkan.

''Anak-anak sudah menunggu dari pagi. Bahkan sudah ada yang pulang ke desanya. Kami sangat berterimakasih kepada rombongan Kenduri Puisi yang sudi berkunjung ke sekolah kami dan membuat acara lomba di sini. Anak-anak kami sangat senang,'' ujar Kepala Sekolah SMPN 2 Kampar Kiri Hulu, Syafrizal saat menyambut rombongan di sekolahnya.

Begitu sampai Desa Aur Kuning, lomba baca puisi langsung dimulai. Dilanjutkan dengan latihan bersama bagaimana cara membaca puisi yang bagus bersama pimpinan KSRS Kunni Masrohanti. Di sini, anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibu serta masyarakat yang mau bergabung langsung mendapat pelatihan, termasuk olah vokal serta mempraktekkan baca puisi seperti yang telah diajarkan.

''Kita tidak hanya membaca puisi, lomba baca puisi atau memperkenalkan puisi kepada masyarakat, tapi juga lebih kepada berliterasi, mengajak anak-anak untuk lebih suka membaca sekaligus berani tampil ke depan. Makanya, kami juga menyerahkan beberapa buku untuk masyarakat  Aur Kuning,’’ kata Kunni.

Peserta Kenduri Puisi dari Pekanbaru juga diajak mengenali lebih dekat tradisi dan kebudayaan masyarakat Desa Aur Kuning serta menggali sejarah tentang Desa Aur Kuning itu sendiri. Mereka diajak bertamu ke rumah Datuk Pucuk Husin, tokoh masyarakat yang dituakan dan berpengaruh besar dalam tananan sosial masyarakat di sana. Dari Datuk Husin, banyak sejarah dan kisah yang dipelajari, diambil dan dibawa pulang untuk menjadi sumber inspirasi.

Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Aur Kuning, Muhyar SPd, menyambut senang kedatangan rombongan Kenduri Puisi dari berbagai kabupaten/kota di Riau ini. Bahkan Kades menunggu rombongan di Desa Tanjung belit sejak pagi. ‘’Kami berterimakasih atas kedatangan teman-teman Kenduri Puisi dan khususnya Rumah Sunting yang mengadakan kegiatan ini. Jangan bosan, datanglah kembali dan buat kegiatan yang direncanakan lebih matang dari ini agar lebih banyak masyarakat yang terlibat. Semoga kegiatan ini menginspirasi dan bermanfaat bagi anak-anak dan masyarakat kami,’’ katanya di depan masyarakat Desa Aur Kuning saat puncak Kenduri Puisi dilaksanakan, Ahad pagi.

Hujan yang mengguyur Sabtu malam, memang membuat acara berubah sehingga puncak Kenduri Puisi dilaksanakan Ahad pagi. Tapi justru hujan itu membawa berkah. Panggung sederhana dari kain merah putih, dipasang sedemikian rupa di tengah pulau yang terletak persis di antara Sungai Subayang dan muara Sungai Biawik. Bukit, sungai dan jembatan kuning ikon Desa Aur Kuning  terlihat semakin memperindah suasana alam pagi itu. ‘’Aur Kuning luar biasa. Anak-anak dan masyarakatnya yang ramah, serasa terus memanggil kami untuk kembali ke sana, kembali berliterasi dan berpuisi di tengah desa yang damai dan indah,’’ ungkap DM Ningsih, penyair dan pekerja seni asal Pekanbaru yang juga mendongeng untuk anak-anak di sana.

Sebelum meninggalkan Des Aur Kuning, peserta Kenduri berwisata sejarah di desa tersebut. Masjid Raya Desa Aur Kuning yang megah, pembangkit listrik tenaga surya (plts) dan makam Dtauk Darah Putih di ddi desa itu menjadi kunjungan yang memang sudah direncanakan panitia. Saat pulang, mereka singgah di Desa Muara Bio, tempat dibuat dan dirancangnya undang-undang yang disebut dengan Sumpah Soti (Sumpah Sakti). Cerita tentang Datuk Darah Putih dan Sumpah Soti didapatkan peserta yang berkunjung ke rumah Datuk Pucuk pada malam sebelumnya. ***